Sindrom Guillain-Barre dengan Komplikasi ( Gagal Nafas, Henti Jantung dan Sepsis)
Downloads
Pendahuluan: Sindrom Guillain-Barre (SGB) merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan kelumpuhan tipe flaksid akut secara asenden dengan tingkat keparahan berbeda-beda dari ringan hingga berat yang sifatnya mengancam jiwa. Hingga saat ini penyebab SGB masih belum diketahui. Kasus: Pasien laki-laki usia 34 tahun dirujuk dari RS S ke RSUD Prof Dr. W. Z. Johannes dengan SGB untuk tindakan plasmafaresis. Tiga minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami diare setelahnya kesemutan di kedua kaki dan mulai susah digerakkan. Kesemutan kemudian menjalar ke kedua tangan dan lalu kedua tangan juga susah digerakkan. Pasien mengalami gagal napas sehingga membutuhkan perawatan intensif dan ventilasi mekanik. Pasien mendapatkan terapi berupa plasmaferesis ,kortikosteroid dan imunosupresan. Selama perawatan, pasien awalnya menunjukkan perbaikan, namun pada akhirnya pasien meninggal karena mengalami komplikasi (gagal nafas, henti jantung dan sepsis). Kesimpulan : Komplikasi SGB tersering adalah gagal napas, gangguan fungsi otonom yang berat dan infeksi. Prognosis pasien SGB tergantung klinis pasien serta komplikasi yang ditemukan
OM Adam. Guillain-barre syndrome. Hang Tuah Med J. 2011;9(3):124–33.
Setiari TD, Sudjud RW. Sindroma guillain-barre dengan hospital acquired pneumonia di unit perawatan intensif. Anesth Crit Care. 2018;36(3):122–7.
Wahyu, FF. Guillain-barre syndrome : Penyakit langka beronset akut yang mengancam nyawa. Medula. 2018;8(1):112–6.
Andrasili J, Nuartha AA. Sindrom guillain-barre pada pasien dengan infeksi severe acute respiratory syndrome-corono virus 2 selama masa pandemi. Callosum Neurol J. 2020;3(3):122–32. doi:10.29342/cnj.v3i3.124
Kurniawan S. Continuing Neurologi education 4 : Kegawatan pada neuromuskular. Malang: UB Press; 2015. p.1–42.
Sawelinggi D, Aryabiantara W, Wiryana M. Penatalaksanaan guillain-barre syndrome di ICU: Sebuah laporan kasus. Medicina (B Aires). 2019;50(2):304–7. doi: 10.15562/Medicina.v50i2.629
Gonzales P, Garcia X, Guerra A, Arango J, Delgado H, Uribe C, et al. Experience with guillain-barre syndrome in a neurological intensive care unit. Neurologia. 2014;31(6):389–94. doi: 10.1016/j.nrl.2014.09.004
Zahra S. Kasus seri: Penatalaksanaan nutrisi pada pasien guillain-barre syndrome dengan gagal nafas, sepsis dan gizi kurang. Universitas Hassanudin, Makassar; 2017.
Widjicks E. The other syndrome of guillain-barre syndrom: Dysautonomia and systemic effects. In: Willison H, Goodfellow J, editors. Celebrating a century of progress in guillain-barre syndrome. Peripheral Nerve Society; 2016. p. 458–61.
Ramadhan H. Pengaruh kondisi defisiensi vitamin pada masa pandemic covid-19 terhadap resiko terjadinya penyakit guillain-barre syndrome: Studi literatur. J Ilmu Kedokt dan Kesehat. 2020;7(3):520–5.
Gao Y, Zhang H, Xin M, Wang D, Cheng N, Wang S, et al. Serum folate correlates with severity of guillain-barre syndrome and predicts disease progression. Biomed Rest Int. 2018;1–5.
Sudadi, Rahardjo S, Hidayat A. Penatalaksanaan guillain-barre syndrom di ICU. J Komplikasi Anestesi. 2017;4(2):35–43.
Frida M, Permana H. Peranan plasmaferesis pada kelainan neurologi. Neurona. 2013;30(2).
Steinberg J, Konski C. An overview for the layperson: Guillain - barre syndrome, CIDP and variants. Narberth: GBS/CIDP Foundation International; 2010.
Walgaard C, Lingsma H, Ruts L, van Doorn P, Steyberg E, Jacobs B. Early recognition of poor prognosis in guillain-barre syndrome. Neurology. 2011;76(11):968–75. doi: 10.1212/WNL.0b013e3182104407
Rawat N, Khanna M, Rukmani MR, Haldar P. Autonomic dysfunction in patients with GBS in sub-acute phase. Journal of Clinical and Diagnosis Research.2019;13(6):16-20. DOI: 10.7680/JCDR/2019/41693.12947
Chakraborty T, Kramer CL, Wijdicks EFM, Rabinstein A. Dysautonomia in GBS:prevalence, clinical spectrum, and outcomes. Neurocritical Care Society. 2019. DOI: 10.1007/s12028-019-00781-w
Zaeem Z, Siddiqi ZA, Zochodne DW. Autonomic involvement in GBS: an update. Clinical Autonomic Research. 2018. DOI: 10.1007/s10286-018-0542-y
Batara M, Darmawati S, Prastiyanto M. Keanekaragaman dan pola resistensi bakteri pada pasien yang terdiagnosa sepsis. J Labora Med. 2018;2(2):1–5.
Pratama A, Bangkele E. Identifikasi bakteri udara di ruang rawat inap paviliun melati RSUD undata palu. Med Tadulako. 2018;5(1):61–71.
Jany B, Welte T. Pleural effusion in adults- etiology, diagnosis and treatment. Dtsch Arztebl Int. 2019;116: 37-86. DOI: 10.3238/arztebl.2019.0377
Dwianggita P. Efusi pleura pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, Bali, tahun 2013. Intisari Sains Medis. 2016;7(1): 57-66
Jia L, Zhang H. Hypoalbuminemia in Guillain-Barre syndrome. Elsevier (Journal of Clinical Neuroscience). 2020. DOI: 10.1016/j.jocn.2020.04.105
Copyright (c) 2021 Evita Jodjana, Yuliana Monika Imelda Wea Ora Adja
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.