Dialogis historikalitas dalam memahami teks Soeharto di era demokrasi

teks Soeharto Orde Baru demokrasi hermeneutika

Authors

May 16, 2020

Downloads

Belakangan ini terjadi fenomena masyarakat rindu Soeharto. Salah satu gaya kerinduan itu adalah ditemukan sejumlah lukisan mural berisi kritikan halus tapi tajam namun bergenre menghibur tentang seorang Soeharto yang beredar di publik. Teks Soeharto itu, yakni teks Soeharto yang berbunyi "Piye Kabare Bro...?, Penak Jamanku To Le...?”. Teks ini ditemukan pada stiker atau gambar dibak-bak truk, mobil angkutan umum, mobil angkutan barang atau pick up, baju atau kaos, papan di jalanan, baliho, dan buku. Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan paradigma interpretatif. Studi ini mengupas makna dan opini masyarakat mengenai teks Soeharto yang muncul pada era Demokrasi saat ini dengan bantuan pisau analisis Hermeneutika oleh Hans Georg Gadamer. Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa,  fenomena  tersebarnya  teks  Soeharto pada era Demokrasi ini dapat dilatarbelakangi oleh berbagai motif yang mengatasnamakan kerinduan rakyat pada Era Soeharto, yakni: motif ekonomi, motif politik, motif  sosial,  motif moralitas,  motif  humor,  dan  motif  iklan (propaganda) berupa pemberitahuan maupun ajakan, motif penunjukan identitas diri dan motivasi kritikan terhadap pemerintahan saat ini untuk kehidupan yang lebih baik. Selain itu terdapat 4 analisis Dialogis Historikalitas Gadamer, diantaranya: Pertama bildung, yaitu barang-barang yang menggunakan teks Soeharto, bahasa jawa dan bahasa gaul, baju safari, jas hitam dan peci, baju loreng, rokok klobot cigarillos, senapan api. Kedua sensus communis, yaitu opini masyarakat mengenai tersebarnya teks Soeharto dan makna senyuman, serta lambaian tangan Soeharto. Ketiga pertimbangan, yaitu makna senyuman Soeharto dan peci. Dan keempat selera, yaitu bahasa jawa dan bahasa gaul, baju safari, jas hitam dan peci, baju loreng, serta pandangan positif dan negatif teks Soeharto.