Pemanfaatan Perasan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Untuk Pengendalian Myxobolus Pada Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio L.)

Ikan mas koi Myxobolus Mengkudu

Authors

  • Almira Fardani Lahay Program Studi Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Indonesia
  • Gunanti Mahasri
    gunanti.m@fpk.unair.ac.id
    Departemen Manajemen Kesehatan Ikan dan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Indonesia
  • Sudarno Sudarno Departemen Manajemen Kesehatan Ikan dan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Indonesia
May 30, 2020

Downloads

Salah satu jenis ikan hias air tawar yang memiliki harga jual yang tinggi adalah ikan mas koi (Cyprinus carpio), akan tetapi di dalam pemeliharaan ikan mas koi tetap tidak lepas dari masalah kesehatan, terutama pada saat terserang penyakit, yang mengakibatkan kerugian ekonomis bagi para pembudidaya ikan mas koi. Penyakit dapat disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, pakan maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Salah satu jenis penyakit yang banyak menyerang ikan mas koi adalah Myxobolusis yang disebabkan oleh parasit Myxobolus. Saat ini banyak tumbuhan tradisional yang sudah ditemukan memiliki zat anti parasit, Salah satu tumbuhan tersebut adalah buah mengkudu (Morinda citrifolia). Penelitian ini bertujuan mengetahui penggunaan dan konsentrasi yang tepat perasaan buah mengkudu (Morinda citrifolia) untuk mengendalikan infeksi Myxobolus pada ikan mas koi. Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebagai rancangan percobaan. Perlakuan yang digunakan adalah dosis perasan buah mengkudu yang berbeda yaitu A (0%), B (1%), C (2%), Dan D (3%) masing-masing perlakuan diulang sebanyak lima kali. Analisis data menggunakan ANOVA dan Kruskall Wallis dan untuk mengetahui perlakuan terbaik dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan dan Uji Independent dua sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis perasan buah mengkudu yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap infeksi myxobolus. Perlakuan yang tertinggi terdapat pada perlakuan C (2%) untuk pengamatan jumlah nodul, perlakuan D (3%) pada pengamatan ukuran nodul dan perlakuan D (3%) pada pengamatan skoring buka tutup operkulum. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan perlakuan D (3%) merupakan perlakuan yang paling baik dalam pengendalian myxobolus.