Evaluasi Konversi Sputum dan Faktor Korelasinya pada Pasien Tuberkulosis Paru Kategori I dengan Diabetes Melitus
Downloads
Pendahuluan: Prevalensi tuberkulosis (TB) paru meningkat seiring dengan meningkatnya populasi pasien diabetes melitus (DM). Pasien DM lebih berisiko untuk terkena penyakit TB. Diduga pada pasien TB dengan DM, tingkat kegagalan konversi sputum lebih besar dibandingkan dengan pasien TB tanpa DM. Konversi sputum merupakan indikator penting untuk mengevaluasi keberhasilan terapi TB. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan konversi sputum selama pengobatan 6 bulan dengan obat antituberkulosis (OAT) serta faktor-faktor yang berkorelasi dengan konversi sputum. Metode: Penelitian ini ialah studi observasional analitik dengan desain cohort retrospektif menggunakan lembar catatan pengobatan pasien TB kategori I dengan DM BTA awal positif pada tahun 2017 hingga 2020. Data dikumpulkan mulai November 2019 hingga Februari 2020 di beberapa Puskesmas di Surabaya. Hasil: Didapatkan 60 pasien TB kategori I yang memenuhi kriteria inklusi. Setelah pemberian OAT selama 6 bulan, terjadi konversi sputum atau conversion rate di akhir fase lanjutan sebesar 96,6%. Sebesar 53% pasien masuk dalam kategori BMI normal dan 37% pasien dengan BTA awal positif 1 (+1). Body mass index (BMI) dan tingkat kepositifan BTA awal merupakan faktor signifikan yang berhubungan dengan konversi sputum di akhir fase lanjutan (P = 0,000), sementara jenis kelamin tidak berhubungan dengan konversi sputum. Hasil lainnya ialah diperoleh success rate sebesar 96,6% dan cure rate sebesar 86,6%. Kesimpulan: Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pasien TB dengan DM tidak ditemukan adanya keterlambatan konversi sputum selama enam bulan pengobatan dengan OAT lini pertama dengan persentase konversi sputum sebesar 96,6% di akhir fase lanjutan.
Alisjahbana, B., Sahiratmadja. E., Nelwan. E. J., Purwa, A. M., Ahmad, Y. & Ottenhoff, T. H. (2007). The Effect of Type 2 Diabetes Mellitus on the Presentation and Treatment Response of Pulmonary Tuberculosis. Clinical Infectious Diseases; 45; 428–435.
Amare, H., Gelaw, A., Anagaw, B. & Gelaw B. (2013). Smear Positive Pulmonary Tuberculosis Among Diabetic Patients at the Dessie Refferal Hospital. Infections Disease of Poverty; 6; 90-96
Baker, M. A., Harries. A. D., Jeon. C. Y., Hart, J. E., Kapur, A., Lönnroth K., Ottmani, S. E., Goonesekera, S. D. & Murray. M.B. (2011). The Impact of Diabetes on Tuberculosis Treatment Outcomes: A Systematic Review. BMC Medicine; 9; 81.
Cahyadi. A. V. (2011). Tuberkulosis Paru pada Pasien Diabetes Melitus. Journal of the Indonesian Medical Association; 4; 174- 176
Callippe, B., Dounin-Echinard, V., Laffargue, M. & Laurell. H. (2008). Chronic Estradiol Administration in Vivo Promotes the Proinflammatory Response of Macrophages to TLR-4 Activation: Involvement of the Phosphatidylinositol 3-Kinase Pathway. The Journal of Immunology; 180; 7980-7988
Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). (2005). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberkulosis, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dooley, K. E., Tang, T., Golub, J. E., Dorman, S. E. & Cronin, W. (2009). Impact of Diabetes Mellitus on Treatment Outcomes of Patients with Active Tuberculosis. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene; 80; 634-639.
Jiyani, M. R., Vadgama, P. K., Pandey, A. S. & Modh, D. A. (2015). Clinical Profile and Outcome of Tuberculosis in Patients with Diabetes. International Journal of Research in Medical Sciences; 4; 36-40.
Kemenkes RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia RI.
Kemenkes RI. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia RI.
Kemenkes RI. (2014). Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia RI
Kemenkes RI. (2017). Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia RI
Kemenkes RI. (2018). Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia RI.
Kuaban, C., Bame, R., Mouangue, L., Djella, S. & Yomgni, C. (2009). Non Conversion of Sputum Smears in New Smear Positive Pulmonary Tuberculosis Patients in Yaound Ìe, Cameroon. East African Medical Journal; 5; 219–225.
Kulsum, D. I., Burhan, E. & Rochismandoko. (2017). Factors Affecting Conversion of Microscopic BTA Sputum in Lung Tuberculosis Patients New Cases with Diabetes Mellitus. Jurnal Respirologi Indonesia; 37; 109-118
Mega, J. Y., Sari. D. K. & Harahap. J. (2019). Korelasi Indeks Massa Tubuh dan Kadar Albumin Dengan Konversi Sputum Pasien Tuberkulosis. Indonesian Journal of Human Nutrition; 6; 96-109.
Memon, A. R. & Naz, R. (2014). Protein and Albumin Level in Pulmonary Tuberculosis Sindh, Pakistan. New York Science Journal; 7; 8.
Mihardja, L., Lolong, D. B. & Ghani, L. (2015). Prevalensi Diabetes Melitus pada Tuberkulosis dan Masalah Terapi. Journal of Health Ecology; 4; 350-358.
Nadliroh, Z., Kholis, F. N. & Ngestiningsih, D. (2015). Prevalensi Terjadinya Tuberkulosis pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Media Medika Muda; 4; 1714-1721.
Nazulis, R. A. (2011). Drug Related Problems pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Tuberkulosis Paru di Bangsal Penyakit Dalam dan Poliklinik RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Tesis; Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang.
Nissapatorn, V., Kuppusamy, I. & Jamaiah, I., Fong, M. Y., Rohela, M. & Anuar, A. K. (2005). Tuberculosis in Diabetic Patients: A Clinical Perspective. The Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health; 36; 213-220.
Nwokeukwu, H. I. & Awujo, D. N. (2013). Association of Sputum Conversion and Outcome with Initial Smear Grading Among New Smear Positive Tuberculosis Patients in A Tertiary Health Facility, South East Zone, Nigeria. Journal of Dental and Medical Sciences; 4; 4-9.
PERKENI. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. (2015). Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI).
Tama, T. D., Adisasmita, A. C. & Burhan, E (2016). Indeks Massa Tubuh dan Waktu Terjadinya Konversi Sputum pada Pasien TB Paru BTA Positif di RSU Persahabatan. Jurnal Epidermiologi Kesehatan Indonesia; 1; 1-8.
Towhidi, M., Azarian, A. & Asnaashari, A. (2008). Pulmonary Tuberculosis in The Elderly. Tanaffos; 7; 52-57.
Wijayanto, A. (2013). Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Tuberculosis Paru pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP Persahabatan. Tesis; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Wijayanto, A., Burhan, E., Nawas, A. & Rochsismandoko. (2015). Faktor Terjadinya Tuberkulosis Paru pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Respirologi Indonesia; 35; 1-11.
Wulandari, D. R. & Sugiri. Y. J. (2013). Diabetes Melitus dan Permasalahannya Pada Infeksi Tuberkulosis. Jurnal Respirologi Indonesia; 2; 32.
1. The copyright of this journal belongs to the Editorial Board and Journal Manager with the author's knowledge, while the moral right of the publication belong to the author.
2. The formal legal aspect of journal publication accessibility refers to the Creative Commons Attribution-Non-Commercial-Share Alike (CC BY-NC-SA), which implies that the publication can be used for non-commercial purposes in its original form.
3. Every publication (print/electronic) is open access for educational, research, and library purposes. In addition to the objectives mentioned above, the editorial board is not responsible for copyright infringement