Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Neuroprotektif pada Pasien Stroke Iskemik di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

obat neuroprotektif rasionalitas stroke iskemik

Authors

  • Dita Permatasari Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Padang
  • Dian Ayu Juwita
    dianayujuwita@phar.unand.ac.id
    Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Padang
  • Rahmi Yosmar Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Padang
  • Julio Fajar Rahmat Illahi Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Padang
August 29, 2021

Downloads

Pendahuluan: Stroke iskemik disebabkan oleh pembentukan trombus lokal atau emboli yang terjadi pada arteri serebral. Hal tersebut menyebabkan kurangnya aliran darah sehingga oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan otak juga berkurang. Angka kejadian stroke iskemik mencapai 87% yang merupakan angka tertinggi dari seluruh kasus stroke lainnya. Obat neuroprotektif termasuk salah satu terapi yang ditujukan untuk mengurangi kerusakan saraf yang disebabkan oleh serangan stroke iskemik. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik demografi pasien stroke iskemik, pola penggunaan obat dan rasionalitas obat neuroprotektif pada pasien stroke iskemik. Metode: Metode penelitian ini adalah observasional yang diambil dari data rekam medik instalasi rawat inap (n = 280) tahun 2019 secara retrospektif. Data yang diperolah akan dibandingkan terhadap standar pengobatan yang telah ditetapkan. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien stroke iskemik terbanyak yaitu laki-laki sebesar 63,2% dengan rentang usia 55 - 64 tahun sebesar 39%. Persentase tertinggi dari status pendidikan terakhir yaitu SLTA mencapai 47,1%. diikuti dengan status pekerjaan terbanyak yaitu IRT sebesar 28,2%. Penggunaan obat neuroprotektif paling banyak digunakan adalah sitikolin sebesar 53,2% dengan rute pemberian secara intravena mencapai 51,8%. Evaluasi rasionalitas penggunaan obat neuroprotektif pada rumah sakit tersebut antara lain, tepat indikasi 100%, tepat pasien 99,3%, tepat obat 100%, tepat dosis 97,9%, dan tepat frekuensi pemberian obat 99,3%. Kesimpulan: Kejadian terapi tidak rasional masih ditemukan pada 8 orang pasien tersebar pada indikator tepat pasien, tepat dosis dan tepat frekuensi pemberian obat.