Praktik dan Persepsi Masyarakat terhadap Penggunaan Obat Setelan

Kebijakan Kesehatan Kesehatan Obat palsu Obat setelan Risiko efek samping

Authors

  • Paloma Sitompul Mahasiswa Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Indonesia
  • Alfiyya Rahmah Mahasiswa Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Indonesia
  • Andini Putri Rahmadani Mahasiswa Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Indonesia
  • Bakhats Muhammad Fikri Mahasiswa Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Indonesia
  • Dwi Rahayu Mahasiswa Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Indonesia
  • Faza Najmi Atsila Desvianto Mahasiswa Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Indonesia
  • Lourencia Yoan Angelica Mahasiswa Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Indonesia
  • Maher Isaac David Mahasiswa Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Indonesia
  • Muhammad Abyan Dzaki Mahasiswa Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Indonesia
  • Shofiyya Hurun'in Mahasiswa Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Indonesia
  • Andi Hermansyah
    andi-h@ff.unair.ac.id
    Departemen Farmasi Praktis, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Indonesia
November 30, 2024

Downloads

Obat setelan cukup mudah didapatkan di masyarakat, padahal tidak ada jaminan mutu dan keamanan pada penggunaan obat semacam ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi praktik dan persepsi masyarakat terhadap penggunaan obat setelan. Survei  yang melibatkan 100 orang masyarakat berusia minimal 17 tahun sebagai responden dilakukan di Kota Surabaya. Responden diminta mengisi kuesioner tentang penggunaan obat setelan dan persepsi manfaat serta risiko efek samping obat setelan. Data kemudian diolah secara statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah laki-laki, berusia produktif dan bekerja pada sektor informal. Lebih dari duapertiga responden mengaku meminum obat setelan karena menganggap obat setelan manjur untuk mengatasi keluhan yang dialami. Informasi mengenai obat setelan paling banyak diperoleh dari teman atau kolega. Menariknya, warung/toko dan fasilitas kesehatan seperti apotek merupakan tempat yang paling sering didatangi untuk mendapatkan obat setelan. Sekurang-kurangnya sepertiga responden beranggapan bahwa obat setelan merupakan campuran dari beberapa obat yang sengaja dikeluarkan dari kemasannya. Mayoritas responden juga beranggapan bahwa obat setelan merupakan obat yang tidak memiliki izin edar. Namun demikian, responden tetap mengonsumsi obat setelan, bahkan 87% diantaranya mengaku tidak pernah merasakan efek samping dari penggunaan obat setelan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa akibat dari persepsi yang tidak tepat mengenai obat setelan, sebagian besar masyarakat masih menggunakan obat setelan dalam praktik swamedikasi mereka, terlepas dari kesadaran terhadap risiko aktual atau potensial yang muncul akibat penggunaan obat yang tidak tepat.

Most read articles by the same author(s)