Analisis Penerapan Konsep GLAM (Gallery, Library, Archives, Museum) di Perpustakaan Bung Karno Blitar
Downloads
GLAM (Gallery, Library, Archive, and Museum) merupakan konsep yang saling berkesinambungan dan memiliki kesempatan untuk bekerjasama menciptakan Four Cultural Heritage Domains. Di Indonesia konsep GLAM sudah ada, akan tetapi belum ada yangmenerapkannya, Perpustakaan Proklamator Bung Karno diharapkan dapat mengakomodir dan menjadi acuan terciptanya konsep GLAM karena hal ini sangat penting dilakukan sebagai tantangan kepustakawanan di era disruptif dan juga untuk meningkatkan kompetensi pustakawan (berbasis SKKNI) dalam ekosistem digital. Konsep GLAM atau dikenal dengan Four Cultural Heritage Domains sangat bagus dikembangkan dan diterapkan di Indonesia agar kegiatan dan pelayanan kepada masyarakat lebih bagus lagi. Penelitian ini merupakan study literatur di Perpustakaan Bung Karno Blitar karena Perpustakaan Proklamator Bung Karno sudah memenuhi kriteria Four Cultural Heritage Domains dan sudah memenuhi konsep GLAM sehingga harusnya tidak hanya perpustakaannya saja yang diunggulkan tetapi juga gallery, archive dan museum juga harus dimaksimalkan keberadaannya. Dengan adanya penerapan konsep GLAM di Perpustakaan Bung Karno diharapkan dapat menjadi pelopor munculnya konsep GLAM oleh perpustakaan lain di Indonesia. Konsep GLAM diharapkan dapat menarik minat kunjungan masyarakat ke kota Blitar tidak hanya dari dalam kota maupun luar kota, tetapi diharapkan dari mancanegara juga berkunjung ke Perpustakaan Bung Karno karena di sana banyak sekali menyimpan fakta sejarah dan perjuangan bangsa Indonesia. Keberadaan sosok seorang Soekarno sebagai Presiden Pertama di Indonesia akan menjadi daya tarik yang luar biasa apabila dijadikan konsep yang menarik untuk mengemas informasi yang ada di Perpustakaan Proklamator Bung Karno.
Aycock, A. 2002. Cyndi list: Libraries, archives, and museums. UNESCO Archives Portal, 127 (6), 32.
Development, W. 2012. Galleries, libraries, archives, records and museums workforce strategy. Innovation & Business Skills Australia, (February), 1–10.
Ghosh, M. 2015. ATALM annual conference on Indigenous Archives, Libraries, and Museums. Library Hi Tech News, 32(4), 14–16.
Hindal, S., & Wyller, E.H. 2011. Library and museumaAuthority – our role in a society based on knowledge and culture. The Norwegian Archive, 53
(4), 207-212.
Hedegaard, R., & Hedegaard, R. 2011. The benefits of archives, libraries and museums working together: A Danish case of shared databases, 105 (1202/1203), 290-296.
Indonesia. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.2009. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Nomor: KEP.161/Lattas/X/2008 tentang Pedoman Tata cara Penulisan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Jakarta: Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.
Lim, S., & Liew, C.L. 2011. Metadata quality and interoperability of GLAM digital images. Aslib Proceedings, 63(5), 484–498.
Marcum, D. (2014). Archives, libraries,,useums: Coming Back Together, 49(1), 74–90.
Riley-huff, D.A., Herrera, K., Ivey, S., Harry, T., Riley-huff,D.A., Herrera, K., Harry, T. 2016. Crowdfunding in libraries, Archives and Museums, 29 (2), 67-85.
Sulistyo-Basuki. 2001. Dasar-Dasar Dokumentasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sulistyo-Basuki.1996. Pengantar Kearsipan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sulistyo-Basuki. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: Penaku.
Surachman, A. 2009. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007: Peluang dan Tantangan Bagi Pustakawan. Diakses, Sabtu 29 April 2017 http://arifs.staff.ugm.ac.id/mypaper/
Wiranto, F.A. 2009. UU Perpustakaan Memasuki Tahun Kedua: Menunggu Terbitnya Peraturan Pemerintah.Genta Pustaka, 3 (14), Januari-Juni. Semarang: Unika Soegijapranata.
2. The journal allows the author(s) to retain publishing rights without restrictions
3. The legal formal aspect of journal publication accessibility refers to Creative Commons Attribution- NonCommercial-ShareAlike: CC BY-NC-SA