Analisis Perbedaan Faktor Enabling Praktik Buang Air Besar Desa ODF Dan Desa Belum ODF Di Kota Surabaya

ODF Land ownership healthy latrine type of latrine house distance

Authors

  • Santy Margaritha Dasi
    santy.margaritha.dasi-2018@fkm.unair.ac.id
    Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya
  • Putri Nabilah Ramadhani Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya
1 June 2021

Downloads

Latar Belakang: Upaya peningkatan derajat kesehatan pada sektor lingkungan salah satunya dengan pengadaan sarana lingkungan fisik yang sehat seperti jamban keluarga. Berdasarkan data Laporan Kemajuan Akses Sanitasi Kumulatif Nasional Tahun 2019, penduduk Jawa Timur yang masih menumpang ke jamban sehat sebanyak 879.969 Kepala Keluarga dan yang berperilaku Open Deficiation (OD) sebanyak 969.663 KK.

Tujuan: Menganalisis perbedaan faktor enabling terhadap praktik buang air besar antara desa belum ODF dengan desa ODF.

Metode: Jenis penelitian observasional analitik kuantitatif dan kualitatif dengan desain penelitian Cross Sectional. Dianalisis secara univariate menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov test dan bivariat menggunakan uji Mann-Whitney U test”. Dari uji ini diperoleh kemungkinan hasil uji yaitu signifikan atau bermakna α = 0,05 maka terdapat perbedaan yang bermakna antara variable yang diuji. Hipotesa diterima apabila p value ≤ 0,05.

Hasil: Uji statistik Mann Whitney U test menyatakan adanya perbedaan pada praktik buang air besar antara desa belum ODF (Kelurahan Jagir) dan desa ODF (Kelurahan Ketintang) dimana pada kepemilikan lahan pada Kelurahan Jagir masyarakat tidak memiliki lahan sendiri dan lahan yang ditempati merupakan milik PT. KAI yang berpengaruh pada ketersediaan jamban sehat, sekalipun memiliki jamban tetapi tidak dilengkapi dengan septic tank, sedangkan pada Kelurahan Ketintang rata-rata masyarakat memiliki lahan sendiri, sehingga mempermudah masyarakat memiliki jamban yang dilengkapi dengan septic tank. Hal ini dikarenakan nilai p-value = 0,000 < dari α (0,05), dimana jika p-value < α, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Kesimpulan: Lahan yang ditempati  masyarakat Jagir bukan milik sendiri sehingga mempersulit warga untuk membangun jamban sehat, serta jamban yang ada tidak memenuhi persyaratan jamban sehat, sedangkan masyarakat Ketintang yang rata-rata tinggal di dekat sungai tetapi telah menerapkan praktik buang air besar yang benar dengan menggunakan jamban sehat.

Abstract

Background: One of the efforts to improve health status in the environmental sector is the provision of a healthy physical environment such as family toilet. Based on data from the 2019 National Cumulative Access to Sanitation Progress Report, the population of East Java who still uses healthy latrines is 879,969 households and those who have Open Deficiation (OD) behavior are 969,663 families.

Objective: Intervention of possible factors needs to be done because these factors are supporting/enabling factors, where if we do a certain intervention it will be difficult if the facilities and infrastructure are not available/ not supported.

Methods: This type of research is observational analytic quantitative and qualitative whith a cross sectional research design. The data analysis technique was univariate using the One Sample Kolmogorov-Smirnov test and bivariate analysis using the Mann-Whitney U test. From this test, it is obtained that the test results are signicant or significant α = 0.05, so there is a significant difference between the tested variables. The hypothesis is accepted if the p value is ≤ 0.05.

Results: The statistical  test of the Mann Whitney U test states that there is a differences in the practice of defecating between Kelurahan Jagir and Kelurahan Ketintang where in land ownership in Kelurahan Jagir, the community does not own their own land and the land occupied is owned by PT.KAI has an effect on the availability of healthy latrines, even though it has a latrine but is not equipped with a septic tank, while in Ketintang Village the average person has their own land, making it easier for the community to have a toilet equipped with a septic tank.

Conclusion: The land occupied by the Jagir community is not their own, making it difficult for residents to build healthy latrines, and the existing latrines do not meet the requirements for healthy latrines, while the Ketintang community who mostly live near the river but have implemented the correct practice of defecating using healthy latrines.