Dominasi Finansial Waria Terhadap Hubungan Berpasangan

gender Kembang Kuning performativity representasi dominasi dan finansial waria

Authors

Downloads

Studi ini bertujuan untuk mengungkap peran ganda waria sebagai pencari nafkah, sekaligus istri yang dituntut untuk melayani pasangannya. Beberapa tahun belakangan ini, Kembang Kuning yang dahulunya merupakan tempat pemakaman milik Serdadu Belanda, yang kini menjadi tempat pemakaman umat Kristiani, menjadi tempat prostitusi bagi para pekerja seks yang berasal dari Dolly-Jarak dan juga Waria, yang membentuk sebuah komunitas tersendiri di kawasan tersebut. Waria yang beroperasi di daerah Kembang Kuning tergabung dalam suatu kelompok bernama komunitas CBO (Community Base Organization). Para Waria yang tergabung dalam kelompok ini berasal dari berbagai latar belakang bagaimana awalnya mereka menjadi Waria. Di komunitas ini peneliti berkenalan dengan Waria yang bernama Mbak Elis, Mbak Dona dan Mbak Sari, kisah hidup mereka cukup unik dibandingkan kisah hidup waria lainnya. Mereka mati-matian bekerja untuk menghidupi pasangannya dan dirinya sendiri, akan tetapi pasangannya tersebut yang notabene seorang laki-laki tulen malah tidak bekerja, atau lebih tepatnya tidak diperbolehkan bekerja. Menggunakan teori gender performativity atau gender performativitas yang dicetuskan oleh Judith Butler. Menilik dari pengambil alihan peran ganda tersebut, hipotesis yang diajukan ialah usaha dominasi finasial waria sebagai upaya untuk mempertahankan hubungan asmara yang diperolehnya. Temuan dalam penelitian ini adalah adanya fenomena penentuan jenis kelamin yang tidak sesuai dengan hasrat seksual yang merupakan hasil konvensi budaya yang mengkonstruksi jenis kelamin.