Dua Muka Janus: Revolusi dan Kekerasan di Surabaya 1945-1949

Authors

Downloads

Abstrak
Periode Revolusi khususnya pascaproklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 menduduki peran penting dalam sejarah Indonesia. Di Surabaya, yang menjadi batasan spasial penelitian ini, terjadi berbagai peristiwa yang berujung pada konflik pada bulan Oktober hingga November 1945. Peristiwa tersebut kemudian diabadikan oleh pemerintah dan ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. Sebuah monumen didirikan oleh Presiden Soekarno yang kemudian dikenal dengan nama Tugu Pahlawan menjadi penanda tegas kepahlawanan mereka yang menjadi korban dalam konflik ï¬sik di Surabaya. Tidak bisa dihindarkan terdapat kesan sakralisasi terhadap periode ini. Memori kolektif yang diproduksi dan terus-menerus direproduksi seolah menempatkan sosok pahlawan sebagai orang yang berjuang dengan mengangkat senjata. Periode yang penuh konflik dan menggambarkan masa Revolusi ini tidak bisa tidak lekat dengan kekerasan. Penelitian ini berupaya memperlihatkan wajah kekerasan pada masa tersebut serta sejauh mana aparat resmi negara terlibat di dalamnya. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah, khususnya pendekatan sejarah baru atau new history yang digagas oleh Alun Munslow, penelitian ini menggali historiograï¬ Surabaya dan Jawa Timur tentang apa yang sesungguhnya terjadi pada periode Revolusi. Keasyikan para pemuda yang didapatkan ketika berusaha menembaki orang-orang Belanda, Jepang, dan Tionghoa sebanyak mungkin seharusnya dimaknai sebagai wajah Revolusi yang memang berkelindan dengan kekerasan ibarat bermuka dua seperti Dewa Janus, bukan dengan reproduksi memori yang naif bahkan narsistis. Penelitian ini diharapkan dapat mengundang penelitian dalam topik serupa untuk menghasilkan interpretasi yang mungkin berbeda.
Kata kunci: kekerasan, revolusi, Surabaya, sejarah baru