Menafsir Perilaku Latah Coprolalia pada Perempuan Latah dalam Lingkup Budaya Mataraman : Sebuah Kajian Sosiopsikolinguistik (Interpreting Coprolalia Latah Behaviour Among Women With Latah in The Mataraman Cultural Sphere A Socio-Psycholinguistic Study)
Downloads
Abstrak
Latah merupakan perilaku yang tidak bisa lepas dari kungkungan sosial budaya yang melingkupi. Perilaku latah muncul ketika seseorang dalam kondisi kesadaran menurun akibat tepukan, jatuhnya sebuah objek atau kebisingan. Reaksi yang ditunjukkan dari stimulus salah satunya adalah berupa perilaku latah coprolalia. Perilaku latah coprolalia merupakan perilaku latah verbal, yaitu berupa reaksi memunculkan bentuk lingual baik berupa kata, frasa, maupun kalimat yang merujuk pada alat kelamin laki-laki atau perempuan. Pengungkapan bentuk lingual yang merujuk pada alat kelamin laki-laki atau peremnpuan tersebut terungkapkan dalam diksi bahasa daerah (baca: Jawa) dan tidak pernah ditemukan dalam bahasa Indonesia (bahasa nasional) apalagi bahasa asing (Inggris, Perancis, dll). Pengungkapan bentuk lingual yang merujuk pada alat kelamin secara vulgar tersebut menggiring peneliti barat membangun persepsi bahwa individu latah adalah orang-orang sakit jiwa atau berperilaku ubnormal. Hal ini kemudian dianulir peneliti Indonesia dan sebagian peneliti luar negeri yang menegaskan bahwa perilaku tersebut muncul pada saat kesadaran seseorang menurun dan mereka akan hidup normal ketika kesadaran mereka penuh. Penelitian ini difokuskan pada perempuan latah yang berdomisili di Pacitan Jawa Timur yang termasuk dalam lingkup budaya Mataraman, yang dalam berbahasa dan berbudaya merujuk pada Solo dan Yogyakarta. Menariknya penelitian ini adalah bahwa diksi yang terungkapkan antara penyandang latah pribumi dan pendatang mengalami sedikit perbedaan, utamanya dalam mengungkapkan alat kelamin lakil-laki dan perempuan. Diksi yang vulgar lebih tampak pada pribumi, sementara pada pendatang membuat kosa kata baru yang tidak pernah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kamus bahasa Jawa, dengan maksud untuk menyamarkan.
Kata kunci : Latah, Mataraman, Perempuan, Sosiopsikolinguistik
Abstract
Latah is a type of behaviour that cannot be separated from the social and cultural confinements in which it occurs. Latah behaviour appears when a person is in a state of decreased consciousness as a result of being startled by a tap to the body, an object being dropped, or a loud noise. One kind of reaction that is produced by such a stimulus is coprolalia latah behaviour. Coprolalia latah behaviour is a type of verbal latah, or a reaction that gives rise to a lingual form such as a word, phrase, or sentence which makes reference to the male or female genitalia. The expression of lingual forms that refer to the male or female genitalia is always uttered in the diction of the local language (Javanese) and is never found in the Indonesian language (the national language), and especially not in a foreign language (English, French, etc). The utterance of lingual forms that refer to the genitalia in a vulgar manner has led western research scholars to develop the perception that individuals with latah are suffering from a mental illness or displaying abnormal behaviour. This has been disputed by Indonesian researchers and a number of other foreign researchers who attest that this behaviour appears only when a person's level of consciousness falls and that he or she will behave normally when in a state of full consciousness. The current research study focuses on women with latah living in the Pacitan region of East Java, which is in the Mataraman cultural sphere where the language and culture correspond to those of Solo and Yogyakarta. What is interesting about this research is that the diction used by the latah women who are originally from this area differs slightly from those who are originally from another area, especially in the case of uttering words or phrases that refer to the male or female genitalia. The indigenous women use a more vulgar diction, while settlers or migrants create new vocabulary that is never found in day to day life or in the Javanese dictionary, with the intention of disguising the particular word or phrase.
Keywords: Latah, Mataraman, Women, Socio-psycholinguistic
Arifudin. 2010. Neuropsikolinguistik.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bakker, M.J. Van Dijk, J.G. Van den Magdenberg A.M. dan Tijssen, M.A.2006. Stratle Syndromes Lancet Neurology, 5, 513-524. Diakses dari http//dare.uva.nl.tanggal 5 Desember 2013.
Barker. 2004. Cultural Studies Teori dan Praktik (Terjemahan oleh Nurhadi). Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
Djatmika.2014.Pernik Kajian Wacana.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Duranti, A. 1997. Linguistic Anthropology. Cambridge: University Press.
Fairclouugh, Norman. 1992. Language and Power. London: Logman.
Freud, Sigmund. 1987. Memperkenalkan Psikoanalisa Lima Ceramah Terjemahan oleh K Bertens. Jakarta: PT Gramedia.
__________. 2006. Memperkenalkan Psikoanalisa Lima Ceramah Terjemahan oleh K Bertens. Jakarta: PT Gramedia.
Geertz. Hildred. 1968. Latah in Java: Theoritical Fal-OCIOX' dalam Modern Indonesia Project. New York: Comel University 102 West ANennt Ithaca.
Jung, Carl Gustav. 1989. Memperkenalkan Psikologi Analitis. Jakarta: PT Gramedia.
Kadir, Hatib Abdul. 2009. Menafsir Fenomena Latah sebagai Emosi Kebudayaan Masyarakat Melayu (Suatu Kajian Psikoantropologi).Psikobuana, vol.1 hlm.49-59.
Maramis, W.F.2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya Airlangga University Press.
__________. 2009. CatatanIlmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan (AUP).
Palmer, R.E. 2003. Hermeneutika, Teori Baru Tentang Interpretasi, (Terjemahan Masnur Hary dan Damanhuri dari Judul Asli : Interpretation Theory in Schleimacher, Dithey, Heidegger and Gadamer). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pamungkas, Sri. 1998. Bahasa Latah (Suatu Tinjauan Psikolinguistik pada Beberapa Orang Latah di Jember). Skripsi. Universitas Jember: Tidak Diterbitkan
__________. 2013. Loyalitas Pengguna Bahasa Jawa: Studi Kasus Penggunaan Bahasa Jawa pada Keluarga Jawa di Kabupaten Pacitan Jawa Timur. hlm. 305-376. dalam Mukodi (edt). Pendidikan, Ideologi, dan Budaya Sebuah Diskursus. Yogyakarta: Aura Pustaka.
Parera, Jos Daniel. 1983. Pengantar Linguistik Umum Kisah Zaman Seri 4. Flores : Nusa Indah.
Purnanto, Dwi. 2009. Etnografi Komunikasi dan Register. http://dwipur_sastra.staff.uns.ac.id/2009/06/03/etnografi-komunikasi-dan-register/ diakses, Senin, 17 April 2017, pukul. 06.51.
Purwoko, J. Herudjati.2014. Muatan Budaya, Sosial, dan Politik dalam Bahasa dan Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sartini, Ni Wayan.2016. "Strategi Kesantunan Berbahasa Diaspora Orang Bali di Jawa Timur dalam Situasi Formal”. Mozaik Humaniora. Vol. 16 (2) 233-246.
Siregar, Eric. 2014. Dahsyatnya Kata-kata. Jakarta: Salaris Publisher.
Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sutarto, A. (2004). Studi Pemetaan Kebudayaan Jawa Timur (Studi Deskriptif Pembagian Sepuluh Sub Kebudayaan Jawa Timur). Jember: Anthropological Studies Program Jember University.
Tseng, W.S.2006.From Peculiar Psychiatric Disorder Through Culture Bound Syndrome to Culture Related Specific Syndromes. Trans Cultural Psychiatry, 43, 554-576. Diakses dari http://tps.sangepub.com, tanggal 2 Agustus 2013.
Wierzbicka, Anna.1992. Semantics, Culture, and Cognition: Universal Human Concepts in Culture-Specific Configurations. New York: Oxford University Press.
Winzeler, R.L.(1984, April). TheStudy of Malayan Latah.Indonesia,37,77-104.
___________. 1995. Latah in Southeast Asia: The History and Ethnography of A Cultural-Bound Syndrome. UK: Cambridge University.
Mozaik Humaniora is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. Both authors and Mozaik Humaniora agree with the following attribution of journal:
1. Copyright of this journal is possession of Author, by the knowledge of the Editorial Board and Journal Manager, while the moral right of the publication belongs to the author.
2. The journal allows the author(s) to retain publishing rights without restrictions
3. The legal formal aspect of journal publication accessibility refers to Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA).
4. The Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA) license allows re-distribution and re-use of a licensed work on the conditions that the creator is appropriately credited and that any derivative work is made available under "the same, similar or a compatible license”. Other than the conditions mentioned above, the editorial board is not responsible for copyright violation.