Strategi Kesantunan Berbahasa Diaspora Orang Bali di Jawa Timur dalam Situasi Formal

Balinese diaspora East Java politeness strategy social status

Authors

January 1, 2017

Downloads

Abstrak

Keberadaan diaspora Bali di Jawa Timur menyebar di seluruh kabupaten dan kota. Kota-kota yang ditempati diaspora Bali dengan jumlah yang cukup besar adalah Surabaya, Sidoarjo, Malang, dan Gresik. Beberapa perkembangan yang terjadi pada saat etnis Bali membentuk diaspora Bali di Jawa Timur antara lain penerapan model-model perkumpulan dan penerapan adat yang hampir sama dengan di Bali. Hal itu memungkinkan terjadinya akulturasi kedua budaya tersebut termasuk bahasa dan penggunaannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa diaspora orang Bali dalam berkomunikasi dalam situasi formal yaitu rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan warga Bali yang melibatkan unsur-unsur pengampu kebijakan keagamaan Hindu dan pendidikan. Penelitian dilakukan di Surabaya dan Sidoarjo untuk mewakili kota-kota di Jawa Timur. Data dikumpulkan dengan cara observasi nonpartisipasi dibantu teknik rekam dan catat. Hasil analisis data menunjukkan bahwa strategi kesantunan berbahasa diaspora orang Bali di Jawa Timur mencakup  strategi bald on record,  on record positive politeness, on record negative politeness.   Strategi-strategi kesantunan tersebut antara lain menggunakan bentuk pertanyaan dengan partikel tertentu, menggunakan pemarkah tertentu untuk mengurangi ancaman terhadap muka mitra tutur, memberi penghormatan dengan sapaan-sapaan tertentu, menggunakan permohonan maaf (apologizing), menggunakan ujaran tidak langsung, menggunakan pagar (hedge) pada ujaran, dan menggunakan bentuk impersonal. Ciri khas strategi kesantunan yang selalu digunakan ketika dalam situasi formal adalah permintaan maaf (apologizing) baik penutur yang memiliki status tinggi (+P) maupun penutur anggota biasa (-P). Di samping itu, terjadi campur kode antara bahasa Bali Alus dan bahasa Indonesia dalam ujaran-ujaran yang disampikan. Penggunaan bahasa Bali Alus secara pragmatik juga merupakan penada kesantunan (politeness markers) dalam brebahasa.

 

Kata kunci: diaspora orang Bali, Jawa Timur, strategi kesantunan, status sosial

 

Abstract

The presence of Balinese diaspora in East Java spreads in all districts and cities. The cities where there are a huge number of Balinese diaspora are Surabaya, Sidoarjo, Malang, and Gresik. A Balinese ethnic may form the Balinese diaspora in East Java by applying some models of gathering and customs that are the same as what can be found in Bali. This indicates that there is an acculturation in the language and  between two cultures. The present study aims to describe the language politeness of Balinese diaspora in a formal communication like meetings among Balinese that involve some buffers of Hindus policies and education. The study was conducted in Surabaya and Sidoarjo representing some cities in East Java. The data were collected by a non participation observation with a recording and reporting technique. In the study, it is found that the politeness strategy the Balinese diaspora have in East Java includes bald on record, on record positive politeness, on record negative politeness. Those strategies are the use of interrogative with some particles, markers to reduce a threat from the interlocutor, respects shown by a particular greeting, apologies, indirect utterances, hedges, and impersonal forms. Some specific politeness strategies are apologizing uttered by the speaker who has a high status (P+) and the common speaker (-P). Besides, it is found that there is a code mixing between Balinese language, Alus (high variety) and Indonesian language; pragmatically, this can be categorized as politeness markers in the language use.

 

Keywords: Balinese diaspora, East Java, politeness strategy, social status