Wacana Kekuasaan dan Kebenaran dalam Puisi Lisan Sa Ngaza

kekuasaan kebenaran wacana parrhesia parresiasist

Authors

June 1, 2017

Downloads

Puisi  lisan Sa  Ngaza adalah  salah  satu  bentuk  tradisi  lisan  Ngadha  di  Flores  yang  menjelaskan
kekuasaan dan kebenaran asal-usul subetnis. Menurut konsep Horace, sastra memiliki fungsi dulce et utile atau indah  dan  berguna.  Tujuan  tulisan  ini  untuk  menjelaskan  bahwa  pada  era  postmodern,
yang  indah  dan  berguna  saja  tidak  cukup.  Puisi  lisan  perlu  dikaji  demi  keberlangsungan  tradisi,
keberakaran,  dan  pembentukan  karakter.  Teori  yang  digunakan  dalam  kajian  ini adalah  teori kekuasaan  dan  kebenaran  menurut  Foucault.  Metode  yang  digunakan  adalah  metode  deskriptif analitik.  Foucault  mengemukakan  tentang parrhesia (berbicara  tentang  kebenaran)  dan parrhesiasist
(orang yang berbicara tentang kebenaran). Sa Ngaza berbicara tentang sejarah asal-usul dan identitas kelompok. Sa Ngaza disampaikan oleh Mori Sa Ngaza (pewarta Sa Ngaza) sebagai parrhesiasist. Kajian
ini  menjelaskan  bahwa  wacana  kekuasaan  dan  kebenaran  dalam  puisi  lisan  sebagai parrhesia dan
parrhesiasist memerlukan  sejumlah  modal.  Modal  dapat  mendukung Sa  Ngaza agar  memiliki pengaruh dan dominasi  demi  keberlanjutan  tradisi  dalam  era  postmodern.  Hubungan  antara parrhesia dan parresiasist tidak  dapat  dipisahkan dari pengetahuan, kekuasaan, dan kebenaran asal-usul sub-etnis pemilik Sa Ngaza