Kekerasan Simbolik dalam Nyali Karya Putu Wijaya: Karya Sastra, Politik, dan Refleksi

Authors

January 1, 2018

Downloads

Artikel ini bertujuan mengungkap kekerasan simbolik dalam novel Nyali karya Putu Wijaya dengan memanfaatkan model aktansial A.J. Greimas. Model aktansial mengungkap peran-peran yang biasanya dilakukan dalam cerita, seperti subjek, objek, pengirim, penerima, penolong, dan penentang. Hubungan aktansial berguna untuk melihat relasi struktur narasi. Dalam artikel ini juga dimanfaatkan perspektif Pierre Bourdieu terkait kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik yang ditemukan berasal dari dominasi tentara berpangkat tinggi ke tentara berpangkat lebih rendah, antara lain adalah kepatuhan, indoktrinasi, komando, pembohongan, strategi penguasaan, dan instruksi. Kekerasan simbolik dalam Nyali ditunjukkan dalam strategi kejahatan struktural dari atas ke bawah (Jendral mengelabui Kolonel, Kolonel meminta Kopral untuk melaksanakan rencana penguasaan Jendral). Nyali adalah wacana karya Putu Wijaya yang berbicara tentang hal-hal menyangkut ketentaraan atau kemiliteran Indonesia. Dalam mekanisme kekerasan simbolik, dapat disimpulkan bahwa keluarga tentara yang menjadi korban adalah keluarga kopral. Dapat ditunjukkan pula bahwa semakin seseorang berada di lingkungan kepangkatan terendah, mereka semakin berani mempertanyakan nasibnya, karena mereka tidak merasa kehilangan apa-apa. Hal ini berbeda dengan keluarga yang berpangkat Kolonel yang semakin mendukung karier ketentaraannya, meskipun harus dilalukan dengan cara berbohong. Pola-pola militerisasi yang ditunjukkan Nyali merefleksikan pengaruh kehidupan sehari-hari masyarakat di perkotaan. Pembacaan atas karya sastra yang bernuansa politik penting untuk dilakukan agar pembaca tidak kehilangan pengetahuan tentang keadaan politik yang pernah atau sedang berlaku di masyarakat.