Pengaruh Karakteristik Keluarga Terhadap Keragaman Pangan Remaja Putri di Kota Denpasar, Bali, Indonesia

Hubungan Karakteristik Keluarga terhadap Keragaman Pangan Remaja Putri di Kota Denpasar, Bali, Indonesia

keragaman pangan remaja putri pendidikan ibu pendapatan ukuran keluarga

Penulis

November 28, 2023
Photo by Antonino Visalli on Unsplash

Latar Belakang: Masalah gizi pada remaja putri mempengaruhi kualitas generasi mendatang dan merupakan indikator status kesehatan suatu bangsa.

Tujuan: Mengkaji keragaman konsumsi pangan remaja putri akhir di Kota Denpasar dan faktor-faktor yang berhubungan.

Metode: Merupakan studi potong lintang berbasis komunitas. Sebanyak 516 responden dipilih secara multistage random sampling. Variabel tergantung adalah skor keragaman pangan, dihitung dengan kuesioner keragaman pangan individu dari Food and Agriculture Organization. Variabel bebas adalah usia, status pendidikan dan status pekerjaan remaja putri, tipe keluarga, ukuran keluarga, status pendidikan dan pekerjaan ibu dan ayah, pendapatan bulanan rumah tangga, jumlah keluarga yang berisiko, menerima program pemerintah sosial, dan ketahanan pangan. Statistik deskriptif disajikan dengan menggunakan frekuensi dan persentase. Analisis bivariabel dan multivariabel dilakukan dengan uji regresi logistik. Nilai p-value kurang dari 0,05 dianggap signifikan.

Hasil: Rerata usia responden adalah 20,6 tahun (SD±1,7), 53,7% berusia ≥20 tahun, 91,7% lulusan sekolah menengah ke atas dan 70,5% bekerja (pengusaha, swasta dan pegawai pemerintah). Berdasarkan karakteristik keluarga, 78,5% ibu dan 91,7% ayah berpendidikan menengah ke atas, 53,9% ibu bekerja dan 89,5% ayah menganggur; 80,8% rumah tangga berpendapatan di bawah UMK Kota Denpasar (Rp2.800.000); 67,4% tinggal dengan keluarga inti, 62,0% anggota keluarga ≥5 orang, 58,9% tinggal dengan anggota keluarga tanpa risiko apapun, 89,3% menerima program sosial pemerintah dan 87,0% adalah keluarga tahan pangan. Rerata skor keragaman pangan adalah 6,7 (SD±1,7), proporsi keragaman pangan tidak adekuat adalah 11,4%. Lebih dari 50% remaja putri mengkonsumsi biji-bijian, sayuran dan buah-buahan kaya vitamin A, sayuran berdaun hijau, buah-buahan lainnya, sayuran lainnya, daging, ikan, telur, dan susu, sedangkan kacang-kacangan dikonsumsi dalam proporsi kecil. Semua variabel dimasukkan ke dalam model regresi logistik sederhana, dan enam variabel memiliki hubungan signifikan dengan keragaman pengan. Keenam variabel ini dimasukkan ke dalam model regresi logistik ganda, dan tiga variabel yaitu status pendidikan ibu (AOR=1.904; 95% CI: 1.029-3.525; p-value=0.04), ukuran keluarga (AOR=6.986; 95% CI: 2.718 -17,957; p-value=0,000) dan pendapatan rumah tangga (AOR=0,422; 95% CI: 0,227-0,784; p-value=0,006) memiliki hubungan yang signifikan dengan keragaman pangan.

Kesimpulan: Ukuran keluarga, pendidikan ibu dan pendapatan bulanan rumah tangga berpengaruh terhadap keragaman pola makan pada remaja putri akhir. Kacang-kacangan adalah kelompok makanan yang paling sedikit dikonsumsi. Untuk memutus siklus malnutrisi antargenerasi, mempromosikan konsumsi pangan beragam pada level keluarga adalah peluang yang baik, karena remaja saat ini adalah ibu masa depan.

 

Kata kunci: keragaman pangan, remaja putri akhir, ukuran keluarga, pendidikan ibu dan pendapatan bulanan rumah tangga