TATALAKSANA MANAJEMEN OPERATIF PADA PASIEN SINDROM PARRY-ROMBERG DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Downloads
Highlights:
- Tatalaksana Sindrom Parry-Romberg pada pasien melibatkan rekonstruksi wajah dengan menggunakan free flap dari otot Gracilis.
- Dilakukan terapi berupa obat-obatan golongan kortikosteroid, retinoid, antioksidan, dan imunosupresan untuk mengendalikan gejala dan perkembangan penyakit pada Sindrom Parry-Romberg.
Abstrak:
Latar Belakang: Sindrom Romberg yang juga memiliki sinonim dengan Sindrom Parry-Romberg (juga dikenal sebagai atrofi hemifasial progresif) adalah penyakit langka yang ditandai oleh penyusutan yang progresif serta degenerasi jaringan di bawah kulit, biasanya penyakit ini terjadi pada satu sisi wajah (atrofi hemifasial) tetapi kadang-kadang meluas ke bagian lain dari tubuh. Sebuah mekanisme autoimun dicurigai menjadi salah satu penyebab dari penyakit ini, dan sindrom ini diduga merupakan varian dari skleroderma lokal, untuk penyebab pasti patogenesis dari penyakit yang didapat ini hingga saat ini masih belum dapat ditentukan.
Ilustrasi Kasus: Pasien perempuan berusia 23 tahun mengeluhkan ketidaksimetrisan wajah antara sisi kanan dan sisi kiri yang telah dialaminya selama 8 tahun, tetapi keluhan tersebut tidak mengalami perburukan dalam setahun terakhir.Tidak ada riwayat trauma. Dari anamnesis, tidak ada gejala seperti rasa baal atau kesemutan pada wajah sisi kanan, dan tidak ada riwayat penyakit serupa dalam keluarga pasien. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya atrofi pada musculus region Frontotemporal sisi kanan hingga cheek dextra. Pemeriksaan intraoral mengindikasikan oklusi gigi yang normal.Hasil pemeriksaan Saraf Cranial ke-7 (nervus fasialis) menunjukkan fungsi yang normal, termasuk kemampuan mengangkat alis, mengkerutkan dahi, mencucu, dan tersenyum pada kedua sisi wajah. Pemeriksaan mata menunjukkan visus yang baik pada mata kanan dan kiri, gerak bola mata yang normal, dan tidak ada penglihatan ganda.
Pembahasan: Dilakukan tatalaksana berupa rekonstruksi dengan free flap dari otot Gracillis tungkai kanan pasien untuk sisi kanan wajah pasien yang di anastomosis dari arteri dan vena temporalis superior. Selain menggunakan free flap gracillis, Sindrom Parry-Romberg juga dapat menggunakan terapi lainnya seperti obat-obatan golongan kortikosteroid (topical dan intralesi), retinoid, anti-oksidan, dan imunosupresan.
Kesimpulan: Pengobatan Sindrom Parry-Romberg dapat melibatkan berbagai pendekatan, termasuk prosedur bedah rekonstruksi dan penggunaan obat-obatan tertentu. Pilihan terapi harus dibicarakan antara pasien dan tim medis yang merawat untuk memastikan perencanaan pengobatan yang paling sesuai untuk kasus ini
Alfenas R., et al. Parry-Romberg syndrome: findings in advanced magnetic resonance imaging sequences–case report.RadiolBras.2014. 47(3):186–188.
Gorlin, RJ; Cohen, MM; Hennekam, RCM (2001). "Bab 24: Sindrom dengan fasies yang tidak biasa: sindrom terkenal". Sindrom kepala dan leher (4th ed.). New York: Oxford University Press. hlm. 977–1038. ISBN 0-19-511861-8.
Kar S, Krishnan A. "Parry Romberg Sindrome”.Indian J Physician. 2013. 61:134
Latha, et al. Parry Romberg Syndrome: A case report and review. International Journal of Applied Dental Sciences 206; 2 (4)
Leäo, M; da Silva, ML 1994. "Atrofi hemifasialprogresif dengan agenesis kepala nukleus kaudatus". Jurnal Genetika Medis. 1994. 31 (12): 969– 71.
Lakhani, P K, 1984, Progressive hemifacial atrophy with scleroderma and ipsilateral limb wasting (Parry-Romberg syndrome). Kournal of the Royal Society of Medicine Volume 77 Februari 1984
Stone J. Parry-Romberg syndrome: a global survey of 205 patients using the Internet. Neurology. 2003; 61:674–6.
Zafarulla, MYM, 1985, Progressive hemifacial atrophy: a case report. British Journal of Ophtalmology 69, 545-547.
Copyright (c) 2021 Aldy Mulia Hati Setya, Iswinarno Doso Saputro, Magda Rosalina Hutagalung, Sitti Rizaliyana
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
JURNAL REKONSTRUKSI DAN ESTETIK by Unair is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
- The journal allows the author to hold copyright of the article without restriction
- The journal allows the author(s) to retain publishing rights without restrictions.
- The legal formal aspect of journal publication accessbility refers to Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA)