Kecukupan Asupan Zinc Berhubungan dengan Perkembangan Motorik Pada Balita Stunting dan Non-Stunting
Downloads
Background:One Indicator of successful health development are toddlers free from stunting. The cause of stunting is a lack of macro and micro nutrients and chronic infectious diseases. Micronutrients such as zinc have a role in growth which affects the hormones that play a role in bone growth. The role of zinc in motoric development indirectly is in arranging and releasing neurotransmitters that can affect nerve stimulation in the brain. This neurotransmitters will deliver nerve stimulation so that motor motion occurs. Motor development is a motion that involves muscles, brain and nerve that are controlled by the central part of the motor that is brain.
Objectives: The purpose of this study was to analyze the relationship between adequacy of zinc intake and motoric development in stunted and non-stunted toddlers.
Methods:This type of research is an observational study with cross sectional design. The sample size was 50 toddlers, consisted of 25 stunting toodlers and 25 non-stunting toddlers and lived in Puskesmas Wilangan, Nganjuk District, chosen by simple random sampling technique. Adequacy of zinc intake data was assessed using the Food Recall Form 3x 24 hours. Measurement of motoric development using the Pre-Screening Development Questionnaire (KPSP). Descriptive and inferential data analysis using Chi Square Test.
Results:The result showed that there was a correlation between the level of zinc adequacy and motor development in the stunting toddler group (p=0.04) and non-stunting toddlers group (p=0.031).
Conclusions: The level of adequacy of zinc has enough motor development better than the level of zinc sufficiency is less in the group of non-stunting toddlers.
ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah balita terbebas dari stunting. Penyebab stunting yaitu kekurangan zat gizi makro maupun mikro dan penyakit infeksi kronis. Zat gizi mikro seperti zinc mempunyai peran pada pertumbuhan yaitu mempengaruhi hormon-hormon yang berperan dalam pertumbuhan tulang. Selain itu, peran zinc pada perkembangan motorik secara tidak langsung yaitu dalam menyusun dan melepas neurotransmitter yang dapat mempengaruhi rangsangan syaraf di dalam otak. Neurotransmitter ini akan menghantarkan rangsangan syaraf sehingga gerak motorik terjadi. Perkembangan motorik merupakan gerak yang melibatkan otot, otak dan syaraf yang dikontrol pada bagian pusat motorik yaitu otak.
Tujuan: Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hubungan kecukupan asupan zinc dengan perkembangan motorik pada balita stunting dan non-stunting.
Metode:Jenis penelitian tergolong penelitian observasional dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 50 balita, terdiri dari 25 balita stunting dan 25 balita non-stunting yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Wilangan Kabupaten Nganjuk, dipilih dengan teknik simple random sampling. Data kecukupan asupan zinc dinilai menggunakan formulir Food Recall yang dilakukan 3x24 jam. Pengukuran perkembangan motorik menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Analisis data secara deskriptif dan Inferensial menggunakan uji Chi Square.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat kecukupan zinc dengan perkembangan motorik pada kelompok balita stunting (p=0,04) dan kelompok balita non-stunting (p=0,031).
Kesimpulan: Tingkat kecukupan zinc cukup mempunyai perkembangan motorik yang lebih baik daripada tingkat kecukupan zinc kurang pada kelompok balita non-stunting.
Adriani, M. dan Wirjatmadi. B. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. (Kencana Prenada Media Group, 2012).
Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Balita Pendek. (Kemenkes RI, 2016).
Islam, M. M. Sanin, K.I. Mahfuz, M. Ahmed, A.M.S. Mondal,D. Haque,R & Ahmed, T. Risk factors of stunting among children living in an urban slum of Bangladesh: findings of a prospective cohort study. BMC Public Health 18, 197 (2018).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Lap. Nas. 2013 1–384 (2013).
Direktorat Gizi Masyarakat. Hasil Pemantauan Status Gizi ( Psg ) Tahun 2017. (2017).
WHO. Interpretation Guide Nutrition Landscape Information System (NLIS). (Department of Nutrition for Health and Development, 2010). doi:10.1159/000362780
Dewi, C. & Adhi, T. Pengaruh Konsumsi Protein Dan Seng Serta Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida III. Kesehatan 3, 36–46 (2016).
Adani, F. Y. & Nindya, T. S. Perbedaan Asupan Energi , Protein , Zink , dan Perkembangan pada Balita Stunting dan non Stunting. Amerta Nutr. 46–51 (2017). doi:10.20473/amnt.v1.i2.2017.46-51
Ardiaria, M. & Nuryanto. Hubungan Status Gizi dan Asupan Besi dan Seng Terhadap Fungsi Motorik Anak Usia 2-5 Tahun. J. Nutr. Heal. 2, (2014).
Lismadiana. Peran Perkembangan Motorik pada Anak Usia Dini. J. Ilm. Keolahragaan 2, 101–109 (2013).
Suryaputri, I. Y., Rosha, B. C. & Anggraeni, D. Determinan Kemampuan Motorik Anak Berusia 2-5 Tahun: Studi Kasus di Kelurahan Kebon Kalapa Bogor. Penel Gizi Makan 37, 43–50 (2014).
Welasasih, B. D. & Wirjatmadi, R. B. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita Stunting. Indones. J. Public Heal. 8, 99–104 (2012).
Damayanti, R. A. & Muniroh, L. Pemberian Asi Eksklusif Pada Balita Stunting Dan NonStunting. Media Gizi Indones. II, 61–69 (2016).
Hanani, R. Perbedaan Perkembangan Motorik Kasar, Motorik Halus, Bahasa Dan Personal Sosial Pada Anak Stunting Dan Non Stunting. J. Nutr. Coll. 5, 412–418 (2016).
Eunice dan Darkwa. An Assessment of the Nutritional Status of under Five Children in Four Districts in the Central Region of Ghana. Asian J. Agric. Rural Dev. 3, 851–860 (2015).
Nasikhah, R. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-36 Bulan di Kecamatan Semarang Timur. J. Nutr. Coll. 1, 1–27 (2012).
Bork, K. A. & Diallo, A. Boys Are More Stunted than Girls from Early Infancy to 3 Years of Age in Rural Senegal. J. Nutr. 147, 940–947 (2017).
Adair dan Guilkey. Age-Specific Determinants of Stunting in Filipino Children. Community Int. Nutr. 314–320 (1997).
Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A. O. & Rahman, F. Riwayat Berat Badan Lahir dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia Bawah Dua Tahun. Kesmas Natl. Public Heal. J. 10, 68–73 (2015).
Nasution, D. Berat badan lahir rendah ( BBLR ) dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan. J. Gizi Klin. Indones. 11, 31–37 (2014).
Anugraheni dan Kartasurya. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Pati Kabupaten PAti. J. Nutr. Coll. 1, 30–37 (2012).
Rahayu, A, dan Khairiyati, L. Risiko Pendidikan Ibu Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak 6-23 Bulan (Maternal Education As Risk Factor Stunting Of Child 6-23 Months-Old). Penelit. Gizi dan Makanan 37, 129–136 (2014).
Anisa, P. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 25-60 Bulan di Kelurahan Kalibaru Depok Tahun 2012. (Universitas Indonesia, 2012).
Diasmarani. Karakteristik dan Perkembangan Bahasa Anak Balita Stunted di Desa Sukawening, Kabupaten Bogor. (Institut Pertanian Bogor, 2011).
Aditianti. Faktor Determinan Stunting pada Anak Usia 24 – 59 Bulan di Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan IPB (2010).
Anindita, P. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, Kecukupan Protein Dan Zinc Dengan Stunting (Pendek) Pada Balita Usia 6-35 Bulan Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Kesehat. Masy. 1, 617–626 (2012).
Septiana, R., Djannah, R. S. N. & Djamil, M. D. Hubungan Antara Pola Pemberian Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi) Dan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta. Kesehat. Masy. 4, 118–124 (2010).
Susanty, N.M., dan Margawati, A. Hubungan Derajat Stunting, Asupan Zat Gizi dan Sosial Ekonomi Rumah Tangga Dengan Perkembangan Motorik Anak Usia 24-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bugangan Semarang. J. Nutr. Coll. 1, 327–336 (2012).
Purwandini dan Kartasurya. Pengaruh Pemberian Micronutrient Sprinkle Terhadap Perkembangan Motorik Anak Stunting Usia 12-36 Bulan. J. Nutr. Coll. 2, 50–59 (2013).
Surkan, P. J. Siegel, E.H. Patel, S.A. Katz, J. Khatry, S.K. Stoltzfus, R.J. LeClerq, S.C. & Tielsch, J.M. Effects of zinc and iron supplementation fail to improve motor and language milestone scores of infants and toddlers. Nutrition 29, 542–548 (2013).
Pertiwi, D., Kusudaryati, D., Muis, S. F. & Widajanti, L. Pengaruh suplementasi Zn terhadap perubahan indeks TB / U anak stunted usia 24-36 bulan. J. Gizi Indones. 5, 98–104 (2017).
King, J. C. Zinc: An essential but elusive nutrient. Am. J. Clin. Nutr. 94, 679–684 (2011).
Gogia, S. & Sachdev, H. S. Zinc supplementation for mental and motor development in children. Cochrane Database Syst. Rev. (2012). doi:10.1002/14651858.CD007991.
Nissensohn, M. et al. Effect of zinc intake on mental and motor development in infants: A meta-analysis. Int. J. Vitam. Nutr. Res. 83, 203–215 (2014).
AMERTA NUTR by Unair is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
1. The journal allows the author to hold the copyright of the article without restrictions.
2. The journal allows the author(s) to retain publishing rights without restrictions
3. The legal formal aspect of journal publication accessibility refers to Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA).
4. The Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA) license allows re-distribution and re-use of a licensed work on the conditions that the creator is appropriately credited and that any derivative work is made available under "the same, similar or a compatible license”. Other than the conditions mentioned above, the editorial board is not responsible for copyright violation.