Faktor Risiko Stunting Dilihat dari ASI Eksklusif dan Hygiene Sanitasi Keluarga pada Anak Usia 6-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidoarjo

Unduhan
Latar Belakang: Pertumbuhan pada anak merupakan indikator untuk melihat status kesehatan anak di masa mendatang dan salah satu indikator untuk melihat status gizi pada anak. Pada pertumbuhan janin sampai usia 2 tahun anak merupakan periode emas dari masa pertumbuhan yang tidak dapat diulang lagi. Salah satu permasalah gizi yang banyak dialami anak saat memasuki pertumbuhan adalah panjang badan atau tinggi badan kurang dari normal atau disebut dengan stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan rendah. Stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko secara langsung maupun secara tidak langsung. Salah satu faktor risiko secara langsung stunting yaitu riwayat pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif dan salah satu faktor risiko tidak langsung stunting yaitu praktik hygiene sanitasi dilingkungan keluarga.
Tujuan: Menganalisis riwayat ASI (Air Susu Ibu) eksklusif dan hygiene sanitasi keluarga terhadap kejadian stunting pada anak usia 6-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sidoarjo.
Metode: Penelitian ini penelitian observasional dengan pendekatan case control dengan teknik simple random sampling yang didapatkan 90 responden yang terdiri dari 45 anak stunting dan 45 anak tidak stunting. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan alat ukur microtoise.
Hasil: Hasil penelitian menggunakan uji chi-square dan dilanjutkan menggunakan uji odds ratio. Didapatkan hasil uji chi-square riwayat ASI (Air Susu Ibu) eksklusif p=0,000; p<0,05 hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif dengan kejadian stunting dengan nilai OR 0,12<1 yang menjelaskan bahwa anak yang tidak diberikan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif memiliki risiko sebesar 0,12 kali mengalami stunting dan sebagai faktor protektif artinya memiliki hubungan negatif antara faktor risiko pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif dengan stunting. Selain itu hasil uji chi-square pada hygiene dan sanitasi keluarga diperoleh nilai p= 0,000; p<0,05 yang menunjukkan jika terdapat hubungan yang signifikan antara hygiene dan sanitasi yang tidak sesuai dengan kejadian stunting dan berisiko 22,48 kali lebih besar mengalami stunting yang dilihat dari hasil nilai OR.
Kesimpulan: Terdapat hubungan riwayat ASI eksklusif dan hygiene sanitasi dilingkungan keluarga dengan kejadian stunting pada anak usia 6-36 bulan di wilayah kerja puskesmas Sidoarjo
Aisah, S., Ngaisyah, R.D. and Rahmuniyati, M.E. (2019) ‘Personal hygiene dan sanitasi lingkungan berhubungan dengan kejadian stunting di Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan', in Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu, pp. 49–55.
Anugraheni, H.S. and Kartasurya, M.I. (2012) ‘Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati', Journal of nutrition college, 1(1), pp. 30–37.
Balitbangkes (2018) Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), Jakarta Kemenkes RI.
Beal, T. et al. (2018) ‘A review of child stunting determinants in Indonesia', Maternal & child nutrition, 14(4), p. e12617.
Handayani, S., Kapota, W.N. and Oktavianto, E. (2019) ‘Hubungan status asi eksklusif dengan kejadian stunting pada batita usia 24-36 bulan di Desa Watugajah Kabupaten Gunungkidul', Medika Respati: Jurnal Ilmiah Kesehatan, 14(4), pp. 287–300.
Kemenkes RI, S. (2018) Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (stunting).
Lestari, E.F. and Dwihestie, L.K. (2020) ‘ASI eksklusif berhubungan dengan kejadian stunting pada balita', Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 10(2), pp. 129–136.
Maghafirah, M., Sukismanto, R.M.E. and Rahmuniyati, M.E. (2018) ‘hubungan pengetahuan dan sikap dengan praktik hygiene sanitasi penjamah makanan di sepanjang jalan raya tajem maguwoharjo yogyakarta tahun 2017', in J Formil (Forum Ilmiah) Kesehat Masy Respati, pp. 15–22.
Nurkomala, A. et al. (2017) ‘Evaluasi kinerja unit koagulasi flokulasi pada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) industri penyamakan kulit di Garut', in Seminar Nasional Rekayasa Proses Industri Kimia, pp. 89–95.
Oktiva, B.R. and Adriani, M. (2017) ‘Perbedaan Kadar Zinc Rambut pada Anak Stunting dan Non Stunting Usia 12-24 Bulan di Kelurahan Tambak Wedi Kenjeran, Surabaya', Amerta Nutrition, 1(2), pp. 133–142.
Putri, A.D. and Ayudia, F. (2020) ‘Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dengan kejadian Stunting Pada Anak usia 6-59 Bulan Di Kota Padang', Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 11(2), pp. 91–96.
Renyoet, B.S., Martianto, D. and Sukandar, D. (2016) ‘Potensi kerugian ekonomi karena stunting pada balita Di indonesia tahun 2013', Jurnal Gizi Dan Pangan, 11(3), pp. 247–254.
Suryana, S. and Fitri, Y. (2019) ‘Pengaruh Riwayat Pemberian Asi Dan Mp-Asi Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak (Usia 12-24 Bulan) Di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh', SEL Jurnal Penelitian Kesehatan, 6(1), pp. 25–34.
Sutarto, S.T.T., Mayasari, D. and Indriyani, R. (2018) ‘Stunting, Faktor ResikodanPencegahannya', Agromedicine UNILA, 5(1), pp. 540–545.
The World Bank (2014) Prevalence of stunting, height for age (% of children under 5). World Development Indicators. Anak Kerdil (Stunting). Jakarta Pusat: Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia.
Wibisono, Y. et al. (2014) ‘Two-phase flow in membrane processes: A technology with a future', Journal of membrane science, 453, pp. 566–602.
Wijaya, F.A. (2019) ‘ASI Eksklusif: Nutrisi Ideal untuk Bayi 0-6 Bulan', Cermin Dunia Kedokteran, 46(4), pp. 296–300.
Hak Cipta (c) 2023 Rafi' Kunti Imamaturrodiyah

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Media Gizi Kesmas by Unair is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
1. The journal allows the author(s) to hold the copyright and to retain the publishing right of the article without restrictions.
2. The legal formal aspect of journal publication accessibility refers to Creative Commons Attribution-Share-Alike (CC BY-SA).
3. The Creative Commons Attribution-Share-Alike (CC BY-SA) license allows re-distribution and re-use of a licensed work on the conditions that the creator is appropriately credited and that any derivative work is made available under "the same, similar or a compatible license”. Other than the conditions mentioned above, the editorial board is not responsible for copyright violations.