Tendency of Malnutrition in Intensive Phase Pulmonary Tuberculosis Patients with Low Macro Nutrient Adequacy
Downloads
ABSTRACT
Backgrounds:Infectious diseases such as pulmonary tuberculosis are often found in developing countries, not least in Indonesia. When infected, the body will experience hyper-catabolism so that the fulfillment of the needs of macronutrient intake is needed so as not to occur malnutrition especially in the intensive phase.
Objectives: This study aims to determine and analyze the relationship between the level of energy and macro nutrient adequacy with the nutritional status of intensive pulmonary tuberculosis patients.
Methods:This study used a cross sectional research design with a sample of 32 respondents. The sample selection procedure used purposive sampling technique. Retrieval of data in this study using a 2x24 hour food recall questionnaire. Data analysis using the chi-square test with SPSS software
Results: Based on the analysis that has been done, the results show that the adequacy of energy p=0.001 (OR=17.0) and macro nutrients (protein p=0.000 (OR=17.0); fat p=0.0001 (OR=3.7) ; carbohydrates p=0.000 (OR=1.0)) is related to the nutritional status of patients with intensive pulmonary tuberculosis.
Conclusions: The tuberculosis patient is expected to increase the daily energy and macro nutrition substance to prevent nutrition deficiency for the patient.
REFERENCES
Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2017. (2018).
World Health Organization. Global tuberculosis report 2019. (2019).
Adiningrum, F., Sukandar, H. & Wijaya, M. Gambaran Status Nutrisi pada Pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung. J. Sist. Kesehat. 2, 84–89 (2016).
Putri, wina asri, Munir, S. melati & Christiano, E. Gambaran Status Gizi Pada Pasien Tuberkulosis Paru Yang Menjalani Rawat Inap. J. Gizi 3, 1–16 (2016).
Mbazoa, S. E. et al. Evaluation of the Quality of Nutritional Management of Tuberculosis Patients under Treatment in the Intensive Phase in Two Benin Health Districts. Food Sci. Technol. 5, 71–79 (2017).
Lazulfa, R. W. A., Wirjatmadi, B. & Adriani2, M. Status Gizi Pasien Tuberkulosis Dengan Sputum Bta ( + ) Dan Sputum Bta (–). J. Gizi 144–152 (2016).
Kant, S., Gupta, H. & Ahluwalia, S. Significance of Nutrition in Pulmonary Tuberculosis. Crit. Rev. Food Sci. Nutr. 55, 955–963 (2015).
Abbas, A. Monitoring Efek Samping Obat Anti-Tuberkulosis (OAT) Pada Pengobatan Tahap Intensif Penderita TB Paru Di Kota Makassar. J. Agromedicine Med. Sci. 3, 19–24 (2017).
World Health Organization. Kenya: WHO Statistical Profile. 1–3 (2018).
Koethe, J. R. & Von Reyn, C. F. Protein-calorie malnutrition, macronutrient supplements, and tuberculosis. Int. J. Tuberc. Lung Dis. 20, 857–863 (2016).
Sinha, P. et al. Undernutrition and Tuberculosis: Public Health Implications. J. Infect. Dis. 219, 1356–1363 (2019).
Jahnavi, G. & Sudha, C. H. Randomised controlled trial of food supplements in patients with newly diagnosed tuberculosis and wasting. Singapore Med. J. 51, 957 (2010).
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojpnegoro. Data Tuberkulosis Paru Dinas Kabupaten Bojonegoro. (2019).
Irnawati, N. M., Siagian, I. E. T. & Ottay, R. I. Pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di Puskesmas Motoboi Kecil Kota Kotamobagu. J. Kedokt. Komunitas dan Trop. 4, (2016).
Khomsan. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Inst. Pertan. Bogor (2000).
Roza & Shizgal. The Harris Bnedict Equation Reevaluated. Am. J. Clin. Nutr. 40, 168–182 (1984).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Kemenkes RI (2017).
P2PTM Kemenkes RI. P2PTM Kemenkes RI. DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR KEMENKES RI (2019).
Dotulong, J. F. J., Sapulete, M. R. & Kandou, G. D. Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin Dan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Penyakit Tb Paru Di Desa Wori Kecamatan Wori. J. Kedokt. Komunitas Dan Trop. 3, 57–65 (2015).
Nurjana, M. A. Faktor Risiko Terjadinya Tubercolosis Paru Usia Produktif (15-49 Tahun) di Indonesia. Media Penelit. dan Pengemb. Kesehat. 25, 163–170 (2015).
Rokhmah, D. Gender dan Penyakit Tuberkulosis: Implikasinya Terhadap Akses Layanan Kesehatan Masyarakat Miskin yang Rendah. Kesmas Natl. Public Heal. J. 7, 447 (2013).
Megatsari, H., Laksono, A. D., Ridlo, I. A., Yoto, M. & Azizah, A. N. Perspektif Masyarakat Tentang Akses Pelayanan Kesehatan. Bul. Penelit. Sist. Kesehatan–Vol 21, 247–253 (2018).
Korua, E. S., et al. Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin, Dan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian TB Paru Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan. J. Unsrat Fakultas K, 1–9 (2015).
Manalu. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru dan Upaya Penanggulangannya. J. Ekol. dan Status Kesehat. 9, (2010).
Hartono, A. Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru dan Lingkungan Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Padalarang Kabupaten Bandung Barat Periode Mei-Juli 2012. Fak. Kedokt. Univ. Islam Bandung (2012).
Susilawati, M. D., Sari, Y. D., Rachmawati, R. & Julianti, E. D. Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro Penderita Tuberkulosis Paru Rawat Jalan Sebelum dan Sesudah Terapi Fase Intensif Disertai Konseling Gizi. Penelit. Gizi dan Makanan 41, 55–64 (2018).
Robert, D. Pemberian Konseling Gizi Terhadap Status Gizi dan Hasil Pemeriksaan Sputum BTA Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung. J. GIZIDO 5, 8–19 (2013).
Supiijono, D. Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian Konversi Dahak Setelah Pengobatan Fase Awal pada Penderita Baru Tuberkulosis Paru Bakteri Tahan Asam (BTA) Positif (Studi Kasus di Kabupaten Purworejo dan Sekitarnya). (Universitas Diponegoro, 2005).
Syapitri, H., Sipayung, N. P. & Simamora, M. Side Effects The Drugs and Nutritional Status of The BTA Conversion Failure in Lung Tuberculosis Patients. Indones. Nurs. J. Educ. Clin. 2, 263–267 (2018).
Mahendrani, C. R. M., Subkhan, M., Nurida, A., Prahasanti, K. & Levani, Y. Analisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap Konversi Sputum Basil Tahan Asam pada Penderita Tuberkulosis. Al-Iqra Med. J. J. Berk. Ilm. Kedokt. 3, 1–9 (2020).
Marpaung, A. P., Siagian, P. & Sari, D. K. Pengaruh Suplementasi Vitamin A pada Pengobatan Pasien TB Paru terhadap Percepatan Konversi Dahak pada Fase Intensif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Kota. J. Ilmu Kefarmasian Indones. 16, 124–130 (2018).
Utami, P. T. Pengaruh pemberian zink sulfat terhadap konversi bta pada pasien tb paru pengobatan obat anti tuberkulosis kategori i di bp4 Madiun. (Universitas Sebelas Maret, 2012).
Jefri, B., Sinaga, B. Y. M., Siagian, P. & Eyanoer, P. C. The Effect of Vitamin C Supplementation on Chest X-Rayimprovementin Pulmonary Tuberculosis Patients During Intensive Phase in Medan. J. Respirologi Indones. 40, 82–87 (2020).
Mupere, E., Parraga, I. M., Tisch, D. J., Mayanja, H. K. & Whalen, C. C. Low nutrient intake among adult women and patients with severe tuberculosis disease in Uganda: a cross-sectional study. BMC Public Health 12, 1050 (2012).
Apriadisiregar, P. A., Gurning, F. P., Eliska, E. & Pratama, M. Y. Analysis of Factors Associated with Pulmonary Tuberculosis Incidence of Children in Sibuhuan General Hospital. J. Berk. Epidemiol. 6, 268 (2018).
Frediani, J. K. et al. Macronutrient intake and body composition changes during anti-tuberculosis therapy in adults. Clin. Nutr. 35, 205–212 (2016).
Rizqiyah, D. P. & Isnawati, M. HUBUNGAN ASUPAN ENERGI KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN STATUS GIZI PASIEN TUBERCULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GENUK KOTA SEMARANG. J. Ris. GIZI 3, 41–45 (2015).
Rahardja, F. M., Kasus, A. L., Ikm, D., Gizi, D. & Kedokteran, F. Nutrisi Pada Tuberkulosis Paru Dengan Malnutrisi Nutrition in Pulmonary Tuberculosis and Malnutrition. Febr. 14, 80 (2015).
Olson, S. and. Modern Nutrition in Health and Disease. (Winston- Salem, 2007).
Ardhiyanti, Y., Pitriani, R. & Damayanti, P. Panduan Lengkap Keterampilan Dasar Kebidanan 1. (Deepublish, 2014).
Arta Juwita, C. Asuhan Kebidanan Kehamilan pada Ny. D dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat 1 di PMB Tarwiyah, S.ST Candra Jaya tulang Bawang Barat. (Poltekkes Tanjungkarang, 2020).
Angelia, F. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Albumin pada Pasien Tuberkulosis Paru. J. Ilmu Kesehat. Indones. 1, (2020).
Sari, D. K., Mega, J. Y. & Harahap, J. Korelasi Indeks Massa Tubuh dan Kadar Albumin dengan Konversi Sputum Pasien Tuberkulosis. Indones. J. Hum. Nutr. 6, 96–109 (2019).
Irawan, G. C., Margawati, A. & Rosidi, A. Faktor Resiko Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Masyarakat Pedesaan Di Kabupaten Banjarnegara. Medica Hosp. J. Clin. Med. 5, (2018).
Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. (Gramedia Pustaka, 2016).
Anastasya & Prikhatina, R. A. Asupan Zat Gizi, Pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), serta Perubahan Berat Badan pada Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Kecamatan Makassar Jakarta Timur Tahun 2014 (Studi Kasus). Artik. Ilmu Kesehat. 8, 72–78 (2016).
Purwaningsih, F. Mengapa Tubuh Penderita TBC Cenderung Kurus? Rumah Sakit Paru Respira (2019).
Pirlich, M. et al. The German hospital malnutrition study. Clin. Nutr. 25, 563–572 (2006).
Budi, V. Asupan zat gizi makro dan status gizi pada penderita Tuberkulosis paru. Kesehat. TB paru (2009).
Toding, W. D. M. Penatalaksanaan Nutrisi Pada Tuberculosisi. 49–57 (2017).
AMERTA NUTR by Unair is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
1. The journal allows the author to hold the copyright of the article without restrictions.
2. The journal allows the author(s) to retain publishing rights without restrictions
3. The legal formal aspect of journal publication accessibility refers to Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA).
4. The Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA) license allows re-distribution and re-use of a licensed work on the conditions that the creator is appropriately credited and that any derivative work is made available under "the same, similar or a compatible license”. Other than the conditions mentioned above, the editorial board is not responsible for copyright violation.