Hubungan Faktor Water, Sanitation, and Hygiene (WASH) dengan Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Kotakulon, Kabupaten Bondowoso
Downloads
Background: In 2017 prevalence of stunting in, Indonesia reached 29.6% and Bondowoso District was one of district that contributes the third higher prevalence, amounted 38.3%. One of underlying cause of stunting were water, sanitation and hygiene (WASH).
Objectives: This research aims to analyze the correlation between WASH with stunting among children aged 24 - 59 months in working area of Kotakulon Public Health Center, Bondowoso District.
Methods: This was an observational analytic study with case-control design. The sample size of this research was 66 children aged 24 to 59 months in working area of Kotakulon Public Health Center, Bondowoso District. This case-control study consisted of 33 children in case group and 33 children sample of contro groupl. The dependent variable was stunting status, while the independent variables were drinking water source, quality of drinking water, the ownership of lathrines, and mother's handwashing habits. The data were analyzed using chi-square test.
Results: Hand washing habit (p<0.001; OR=0.12) was a risk factor of stunting in under-five years old which has risk 0.12 times higher for mother that has a poor handwashing habit, while drinking water source (p=0.41), quality of drinking source (p=0.58), the ownership of lathrines (p=0.22) were not accunted as a risk of stunting.
Conclusions: A poor handwashing habit in mother contribute to stunting in working area of Kotakulon Public Health Center, Bondowoso District.
ABSTRAK
Latar Belakang: Pada tahun 2017, prevalensi stunting di Indonesia mencapai angka 29,6% dan Kabupaten Bondowoso adalah kabupaten yang menyumbang angka tertinggi ketiga di Jawa Timur yaitu sebesar 38,3% balita stunting. Salah satu penyebab tidak langsung dari stunting adalah faktor water, sanitation, and hygiene (WASH).
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk enganalisis hubungan WASH dengan stunting pada anak usia 24 – 59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kotakulon, Kabupaten Bondowoso.
Metode: Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan desain kasus kontrol. Besar sampel penelitian yaitu 66 balita usia 24 – 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kotakulon, Kabupaten Bondowoso. Penelitian kasus kontrol ini terdiri dari sampel kasus sebanyak 33 balita yang mengalami stunting dan sampel kontrol sebanyak 33 balita yang tidak mengalami stunting. Variabel dependen adalah kejadian stunting. Variabel independen adalah WASH, meliputi sumber air minum, kualitas fisik air minum, kepemilikan jamban, dan kebiasaan cuci tangan ibu. Data dianalisis menggunakan uji chi-square.
Hasil: Kebiasaan cuci tangan (p<0,001; OR=0,12) adalah faktor risiko dari stunting pada balitadengan besar risiko 0,12 kali lebih tinggi bagi ibu yang memiliki kebiasaan cuci tangan kurang baik, sedangkan sumber air minum (p=0,415), kualitas fisik air minum (p=0,58), kepemilikan jamban (p=0,22) bukan merupakan faktor risiko dari stunting.
Kesimpulan: Kebiasaan cuci tangan yang buruk pada ibu berkontribusi terhadap kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Kotakulon Kabupaten Bondowoso.
Kemenkes RI. Kemenkes No.1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. 40 (2010). doi:10.1016/j.eneco.2014.11.003
Kementrian Kesehatan RI. Situasi balita pendek. Info Datin 2442–7659 (2016). doi:ISSN 2442-7659
Kemiskinan, T. N. P. P. 100 Kabupaten/kota prioritas untuk intervensi anak kerdil (stunting). 1, (2017).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pemantauan Status Gizi dan Indikator Kinerja Gizi Tahun 2015. 242 (2015). doi:17 November 2016
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Penjelasannya Tahun 2016. (2016).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. 140 (2017). doi:10.3870/tzzz.2010.07.001
United Nations Children's Fun. Approach to Nutrition Programming for the East Asia - Pacific Region. 3, (2014).
Uliyanti, Tamtomo, D. G. & Anantanyu, S. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan. J. Vokasi Kesehat. 3, 1–11 (2017).
Nasrul, Hafid, F., Thaha, A. R. & Suriah. Faktor Risiko Stunting Usia 6-23 Bulan di Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jeneponto. Media Kesehat. Masy. Indones. 11, 139–146 (2015).
Prüss-Üstün, A., Bos, R., Gore, F. & Bartram, J. Safer Water, Better Health. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data (2008).
Bondowoso, D. K. Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2016. (2016).
Bondowoso, D. K. Profil Kesehatan Tahun 2017 Kabupaten Bondowoso. (2017).
Oktarina, Z. & Sudiarti, T. Faktor Risiko Stunting pada Balita (24-59 Bulan) di Sumatera. J. Gizi dan Pangan 8, 175–180 (2013).
Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndoKementerian Kesehatan (2010) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia.nesia NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia MENKES (2010).
Sukoco, N. E. W., Pambudi, J. & Herawati, M. H. Hubungan status gizi anak balita dengan orang tua bekerja. Bul. Penelit. Sist. Kesehat. 18, 387–397 (2015).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. (2014).
Rohmah, N. & Syahrul, F. Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan dan Penggunaan Jamban Sehat dengan Kejdian Diare Balita. J. Berk. Epidemiol. 5, 95–106 (2017).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di Indonesia. (2014).
Umiati. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009. (Universitas Mihammadiyah Surakarta, 2010).
Sari, M. H. Hubungan Perilaku Cuci Tangan dengan Kejadian Diare Pada Balita di Posyandu Dusun Nglebeng Tamanan Banguntapan Bantul. (Universitas Aisyiyah Yogyakarta, 2017).
Adriani, M. & Wirjatmadi, B. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. (Kencana Prenadamedia Group, 2012).
Sutarto, Mayasari, D. & Indriyani, R. Stunting , Faktor Resiko dan Pencegahannya. J. Agromedicine 5, 540–545 (2018).
INDONESIA, U. Air Bersih, Sanitasi & Kebersihan. Ringkasan Kajian 1–6 (2012).
England, P. H. Infection risk at petting farms : PHE urges good hand hygiene. GOV.UK (2015). Available at: https://www.gov.uk/government/news/infection-risk-at-petting-farms-phe-urges-good-hand-hygiene.
Prevention, C. for D. C. and. Show Me the Science - Why Wash Your Hands? Cdc 1 (2018). Available at: https://www.cdc.gov/handwashing/why-handwashing.html.
Johri, M., Sylvestre, M.-P., Koné, G. K., Chandra, D. & Subramanian, S. V. Effects of improved drinking water quality on early childhood growth in rural Uttar Pradesh, India: A propensity-score analysis. PLoS One 14, 1–16 (2019).
Rondonuwu, S., Punuh, M. I. & Ratag, B. T. Hubungan Antara Riwayat Penyakit Infeksi, Ketersediaan Air Bersih Dan Kepemilikan Jamban Dengan Status Gizi Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Pulau Nain Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Media Kesehat. 8, (2016).
National Center for Emerging and Zoonotic Infectious Diseases, C. for D. C. and P. E. coli Infection. (2019). Available at: https://www.cdc.gov/healthypets/diseases/ecoli.html.
Demirchyan, A. & Petrosyan, V. Hand hygiene predicts stunting among rural children in Armenia. Eur. J. Public Health 27, (2017).
Apriani, L. Hubungan Karakteristik Ibu, Pelaksanaan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Dan Perilaku Hidup Bersih Sehat (Phbs) Dengan Kejadian Stunting (Studi kasus pada baduta 6-23 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pucang Sawit Kota Surakarta). J. Kesehat. Masy. 6, 198–205 (2018).
AMERTA NUTR by Unair is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
1. The journal allows the author to hold the copyright of the article without restrictions.
2. The journal allows the author(s) to retain publishing rights without restrictions
3. The legal formal aspect of journal publication accessibility refers to Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA).
4. The Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA) license allows re-distribution and re-use of a licensed work on the conditions that the creator is appropriately credited and that any derivative work is made available under "the same, similar or a compatible license”. Other than the conditions mentioned above, the editorial board is not responsible for copyright violation.