Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi, Tingkat Pengetahuan Ibu, dan Tinggi Badan Orangtua dengan Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tambak Wedi Surabaya
Downloads
Background:Stunting is a failure to thrives in under five children condition that causes difficulty to achieves physical and cognitive development in optimal condition. Puskesmas Tambak Wedi as one of the health centers that have increased prevalence of stunting in toddlers by 2.7% from 2017 to 2018. It indicated that the prevention and management of stunting in Surabaya should be optimized so that the prevalence could be reduced.
Objectives: The objective was to analyze the correlation between adequacy level of nutrients,mother's knowledge level,and height of parents with the incidence of stunting in Puskesmas Tambak Wedi.
Methods: Observational study with a case-control design. The population was 1,143 toddlers. The sample size is 48 toddlers consisting of 24 stunting and non-stunting toddlers selected through simple random sampling. The dependent variable was stunting. The independent variable was the nutritional adequacy,mother's knowledge level, and parent's height. The data was analyzed by the chi-square test and simple logistic regression.
Results: There were significant correlation between level of energy adequacy(p=0.02;OR=0.11), protein(p=0.018;OR=2.3), calcium(p=0.023;OR=0.2), and mother's knowledge(p=0.029;OR=-0.265) with stunting in toddler. Father's(P=0.77) and mother's(P=0.76) height were not correlated with stunting in a toddler. Non-stunted children were more likely to have better adequacy levels of energy(58.3%), protein(100%), and calcium(58.3%) compared to stunted children. Toddlers who have a mother with good knowledge were have a lower risk of stunting by 0.265 times than toddlers whose mothers lack knowledge.
Conclusions: Adequacy levels of nutrients and level of mother knowledge in non-stunting toddlers were better than stunting toddlers aged 24-59 months in Puskesmas Tambak Wedi Surabaya
ABSTRAK
Latar Belakang: Stunting merupakan masalah pertumbuhan fisik yang disebabkan oleh kurangnya kecukupan gizi, rendahnya pengetahuan gizi, serta tinggi badan orangtua. Puskesmas Tambak Wedi Surabaya merupakan salah satu puskemas yang mengalami peningkatan prevalensi stunting 2,7% dari tahun 2017. Meningkatnya angka prevalensi menandakan bahwa pencegahan dan penanganan stunting di Surabaya harus dioptimalkan agar prevalensinya dapat ditekan.
Tujuan: Menganalisis hubungan tingkat kecukupan zat gizi (energi, protein, kalsium), tingkat pengetahuan ibu dan tinggi badan orangtua dengan stunting di Puskesmas Tambak Wedi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case control. Besar sampel adalah 48 balita yang terdiri dari sampel kasus (24 balita stunting) dan sampel kontrol (24 balita non-stunting). Variabel dependen adalah stunting. Variabel independen adalah tingkat kecukupan energi, protein, kalsium, tingkat pengetahuan ibu, dan tinggi badan orangtua. Analisis data menggunakan uji statistik chi-square dan regresi sederhana.
Hasil: Terdapat hubungan antara tingkat kecukupan energi (p=0,02;OR=0,11), protein (p=0,018;OR=2,3), kalsium (p=0,023;OR=0,2), pengetahuan ibu (p=0,029;OR="’0,265) dengan kejadian stunting pada balita. Tinggi badan ayah (p=0,77) dan ibu (p=0,76) tidak memiliki hubungan dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Tambak Wedi.
Kesimpulan: Tingkat kecukupan zat gizi dan tingkat pengetahuan ibu pada balita non-stunting lebih baik daripada balita stunting. Tingkat kecukupan zat gizi meliputi energi, protein, kalsium dan pengetahuan ibu memiliki hubungan dengan stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tambak Wedi Surabaya.World Health Organization. WHO Child Growth Standards. (WHO Press., 2005).
Pusdatin. Situasi Gizi di Indonesia. (Kementrian Kesehatan RI, 2016).
World Health Organization. Country Profile Indicators: Interpretation Guide. Nutrition Landscape Information System (NLIS). (WHO Press, 2010).
Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. (2018).
Fitri. Berat Lahir Sebagai Faktor Dominan Terjadinya Stunting Pada Balita (12 – 59 Bl) di Sumatra (Analisis Data Riskesdes, 2010). (Universitas Indonesia, 2012).
Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. (2009).
Khairy, S. A. M. ., Mattar, M. K., Refaat, L. A. M. & El-Sherbeny, S. A. Plasma micronutrient levels of stunted Egyptian school age children. Kasr El Aini Med J. 16, (2010).
Stuijvenberg, M. E. et al. Low Intake of Calcium and Vitamin D, but Not Zinc, Iron or Vitamin A, is Associated with Stunting in 2-5 Years Old Children. Nutrition 31, 841–846 (2015).
Nashikhah, R. & Margawati, A. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-36 Bulan di Kecamatan Semarang Timur. J. Nutr. Coll. 1, 176–184 (2012).
Uliyanti, Tamtomo, D. G. & Anantanyu, S. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan. J. Vokasi Kesehat. 3, 67–77 (2017).
Rahayu, L. S. Associated Of Height Of Parents With Changes Of Stunting Status From 6-12 Months to 3-4 Years. (Universitas Gajah Mada, 2011).
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). (2017).
World Health Organization. Childhood Stunting: Context, Causes and Consequences WHO Conceptual framework. (WHO Press, 2013).
World Health Organization. Stunted Growth and Development. Matern. Child Nutr. 9, 27–45 (2017).
Gibney, M. J. Gizi Kesehatan Masyarakat. (EGC, 2009).
Khomsan, A. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. (Institut Pertanian Bogor, 2000).
Gibson, R. S. Principles of Nutritional Assessment. (Oxford University Press, 2005).
Sunarti & Nugrohowati, A. K. Korelasi Status Gizi, Asupan Zat Besi Dengan Kadar Feritin Pada Anak Usia 2-5 Tahun Di Kelurahan Semanggi Surakarta. J. Kesehat. Masy. 8, 11–17 (2014).
Oktiva, B. R. & Adriani, M. Perbedaan Kadar Zinc Rambut pada Anak Stunting dan Non Stunting dengan Usia 12-24 bulan. Amerta Nutr. 1, 133–142 (2017).
Hurlock, B. & Elizabeth. Perkembangan Anak Jilid 2. (Erlangga, 2013).
Mugianti, S., Mulyadi, A., Anam, A. K. & Najah, Z. L. Faktor Penyebab Anak Stunting Usia 25-60 bulan di Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. J. Ners dan Kebidanan 5, 268–278 (2018).
Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. (PT. Rineka Cipta, 2010).
Mentari, S. & Hermansyah, A. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Stunting Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja UPK Puskesmas Siantan Hulu. Pontianak Nutr. J. 1, 1–5 (2018).
Aini, E. N., Nugraheni, S. A. & Pradigdo, S. F. Faktor yang Mempengaruhi Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Puskesmas Cepu Kabupaten Blora. J. Kesehat. Masy. 6, (2018).
Mitra. Problems and Interventions to Prevent Stunting (A Literature Review). J. Kesehat. Komunitas 2, 254–261 (2015).
Wibowo. & Herdian, K. A. Hubungan Asupan Kalsium Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah, Kartasura. (2018).
Aridiyah, F. O., Rohmawati, N. & Ririanty, M. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan. J. Pustaka Kesehat. 3, 163–170 (2015).
Ngaisyah, R. D. & Septriana. Hubungan Tinggi Badan Orang Tua dengan Kejadian Stunting. J. Ilmu Kebidanan 3, 49–57 (2016).
AMERTA NUTR by Unair is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
1. The journal allows the author to hold the copyright of the article without restrictions.
2. The journal allows the author(s) to retain publishing rights without restrictions
3. The legal formal aspect of journal publication accessibility refers to Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA).
4. The Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA) license allows re-distribution and re-use of a licensed work on the conditions that the creator is appropriately credited and that any derivative work is made available under "the same, similar or a compatible license”. Other than the conditions mentioned above, the editorial board is not responsible for copyright violation.