Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Konsumsi Pangan Isoflavon Pada Mahasiswi Pre-Menstrual Syndrome
Downloads
Background: The age group susceptible to symptoms of Pre-Menstrual Syndrome begins in the early stages of puberty and ends at the menopause stage.The pathophysiology of Pre-Menstrual Syndrome is due to an imbalance of estrogen and progesterone hormones. One of the balancers of both hormones is the consumption of isoflavone food because the structure and its properties resemble estrogen.
Objectives: The Purpose of this study was to analyzed the effect of nutritional education on the knowledge, attitude and behavior high food consumption of isoflavone content among female pre-menstrual syndrome.
Method: The study was quasy experiment with pre- post control group design. The design of this research was the provision of nutrition education four times for 1 month with duration of each meeting 60 minutes and the provision of soy milk every meeting. The sample technique using simple random sampling total 38 respondents divided into 2 groups (treatment and control group). Preliminary screening to assess PMS using the Shortened Pramenstrual Assessment Form (SPAF) questionnaire. Dependent variable was knowledge, attitude and consumption behavior of isoflavone food, while independent variable was nutrition education.The analysis was performed using Independent t-test.
Result: After nutrition education there was significant difference of knowledge and attitude level between treatment and control group respectively p value 0.039 and 0.022. In addition, there were also differences in high food consumption behavior of isoflavone content. The majority of food types are often consumed including: fried tempeh (p = 0.044), tofu (p = 0.036), garlic (p = 0.014) ice soybean milk (p = 0.044) and soybean milk (p = 0.004).
Conclusion: Provision of nutrition education to the treatment group can change knowledge, attitude and behavior of high food consumption of isoflavone content, with the existence of increasing consumption behavior, than pre-menstrual syndrome symptoms at student of FKM UNAIR decreased slowly. Although not all types of foods high levels of isoflavones consumed by respondents due to limited time research.
ABSTRAK
Latar belakang: Kelompok umur yang rentan mengalami gejala Pre-Menstrual Syndrome dimulai pada tahap awal pubertas dan berakhir pada tahap menopause. Patofisiologi Pre-Menstrual Syndrome terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Salah satu penyeimbang kedua hormon yaitu konsumsi pangan isoflavon karena struktur dan sifatnya menyerupai estrogen.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan, sikap dan perilakukonsumsi pangan tinggi kadar isoflavon pada mahasiswi dengan premenstrual syndrome.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitianquasi experiment dengan pendekatan pre-post control group design. Rancang bangun penelitian ini yaitu pemberian intervensi pendidikan gizi 4x pertemuan selama 1 bulan dengan durasi masing-masing pertemuan 60 menit dan pemberian susu kedelai setiap pertemuan. Tehnik sampel menggunakan simple random sampling total 38 responden dibagi menjadi 2 kelompok (kelompok perlakuan dan kontrol). Skrining awal untuk menilai PMS
menggunakan kuesioner Shortened Pramenstrual Assessment Form (SPAF). Variabel dependen adalah pengetahuan, sikap dan perilaku konsumsi pangan isoflavon, sedangkan variabel independen pendidikan gizi. Analisis yang dilakukan menggunakan uji t Independent.
Hasil: Setelah diberikan pendidikan gizi terdapat perbedaan signifkan tingkat pegetahuan dan sikap antara kelompok perlakuan dan kontrol dengan nilai p masing-masing 0,039 dan 0,022. Selain itu juga terdapat perbedaan perilaku konsumsi pangan tinggi kadar isoflavon mayoritas jenis makanan sering dikonsumsi meliputi:tempe goreng (p=0,044), tahu (p=0,036), bawang putih (p=0,014) es susu kedelai (p=0,044) dan susu kedelai (p=0,004).
Kesimpulan: Pemberian intervensi pendidikan gizi kepada kelompok perlakuan dapat merubah pengetahuan, sikap dan perilaku konsumsi pangan tinggi kadar isoflavon, dengan adanya perilaku konsumsi yang meningkat, maka gejala pre-menstrual syndrome pada mahasiswi FKM UNAIR juga menurun secara perlahan. Walaupun belum semua jenis makanan yang tinggi kadar isoflavon dikonsumsi oleh responden dikarenakan keterbatasan waktu penelitian.
Saryono., Sejati, W. Sindrome Premenstruasi. (Nuha Medika, 2009).
Kridawati, A. Pemanfaatan Isoflavon Untuk Kesehatan. Respati I, 69–77(2011).
Bhagwat, S., Haytowitz, D. B. & Holden, J. M. USDA Database for the Isoflavone Content of Selected Foods. U.S. Department of Argiculture 1–156 (2011). doi:http://www.ars.usda.gov/SP2UserFiles/Place/12354500/Data/isoflav/Isoflav_R2.pdf
Glanz, K., Rimer, B.K., Viswanath, K. Ecological models of health behavior. Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and Practice (John Wiley and Sons, 2008). doi:10.7326/0003-4819-116-4-350_1
Contento, I. . Nutrition Education Linking Research, Theory an Practice. (Jones and Bartlett Publisher, 2011).
Chau, J.P.C., Chang, A. . Effects of an educational programme on adolescents with premenstrual syndrome. Health Educ. Res. 14, 817–830 (1999).
Ramadhani, R., Setiawati, O.R., Evayanti, Y. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pre Mentrual Syndrome Pada Remaja Putri di SMPN 5 Bandar Lampung Tahun 2015. J. Dunia Kesmas 5, 65–73 (2016).
Rahayu, N.S., Safitri, D. . Hubungan Asupan Multivitamin dan Sindrome Pramenstruasi Pada Mahasiswi Gizi FKM UI. (Universitas Indonesia, 2016).
Anggrajani, F. & Muhdi, N. Korelasi Faktor Risiko dengan Derajat Keparahan Premenstrual Syndrome pada Dokter Perempuan. (2018).
Devi, M. Hubungan kebiasaan makan dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja putri. Teknol. Dan Kejuru. 32, 197–208 (2010).
Nurmiaty., Wilopo, S. A., Sudargo, T. Perilaku Makan dengan Kejadian Sindrom Premenstruasi pada Remaja. Ber. Kedokt. Masy. 27, 75–82 (2012).
Ratikasari, I. Faktor yang berhubungan dengan kejadian pre-menstrual syndrome pada siswa SMA 112 Jakarta. (UIN Syarif Hidayatullah, 2015).
Deuster, P. A., Adera, T., S.-P. Biological, Social, and Behavioral Factors Associated With Premenstrual Syndrome. Arch. Fam. Med. 8, 122–128 (1999).
Jannah, R. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audio Visual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Siswa Tentang Premenstrual Syndrome Di MTsN Seyegan Sleman. (Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, 2014).
Endriani, V. Premenstruasi Syndrom Pada Remaja Putri Kelas X Smk Pgri 2 Kota Jambi. J. Akad. Baiturrahim 6, 1–6 (2017).
Silvia, M., K. Hubungan Pengetahuan tentang Sindrom Premenstruasi dan Motivasi Penanganan Sindrom Premenstruasi Remaja Putri dengan Penanganan Sindrom Premenstruasi Di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta Tahun 2014. (Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta, 2014).
Zulaikha, F. L. . Hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri terhadap sikap menghadapi premenstrual syndrome di SMA N 5 Surakarta. (Universitas Sebelas Maret, 2010).
Maulana. Promosi Kesehatan. (Salemba Medika, 2013).
Desmarnita, U., Djuwitaningsih, S., R. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Peer Group Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi. J. Keperawatan 2, 55–62 (2014).
Direktorat Standardisasi Produk Pangan. Pedoman Pangan Fungsional Edisi 1. (2004).
Zaddana, C. Konsumsi Makanan Sumber Isoflavon Serta Faktor-Faktor Lainnya terhadap Keluhan Premenstrual Syndrome (PMS) Pada Siswi SMA Di Bogor. (Institut Pertanian Bogor, 2014).
Bryant, M. et al. Effect of consumption of soy isoflavones on behavioural, somatic and affective symptoms in women with premenstrual syndrome. Br. J. Nutr. 93, 731 (2005).
Won, K. H., Kyoung, K. M., Sun, K. N. & E., R. N. Intake of dietary soy isoflavones in relation to perimenstrual symptoms of Korean women living in the USA. Nurs. Health Sci. 8, 108–113 (2006).
AMERTA NUTR by Unair is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
1. The journal allows the author to hold the copyright of the article without restrictions.
2. The journal allows the author(s) to retain publishing rights without restrictions
3. The legal formal aspect of journal publication accessibility refers to Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA).
4. The Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA) license allows re-distribution and re-use of a licensed work on the conditions that the creator is appropriately credited and that any derivative work is made available under "the same, similar or a compatible license”. Other than the conditions mentioned above, the editorial board is not responsible for copyright violation.