Konsumsi Zat Gizi pada Balita Stunting dan Non-Stunting di Kabupaten Bangkalan
Downloads
Objectives: This research aimed to analyze nutrient consumption of stunted and non-stunted children aged 24 - 59 month in Bangkalan.
Methods: This was an observational study with case-control design, conducted in Banyuajuh, Kramat, and Pejagan sub-district in Bangkalan district. The research sample consist of 48 children aged 24 - 59 month selected through simple random sampling. Data were collected using three-times food recall 24H non-consecutive days.
Results: Majority of stunting children have low levels energy, fat, protein, carbohydrate, zinc and iron intake. While non-stunted chidren, have adequate nutrients intake. There was significant correlation between nutritional status (H/A) with intake of total energy (p = 0.015; OR = 4.048), protein (p = 0.012; OR = 1.6), fat (p = 0.002; OR = 1.7), carbohydrate (p = 0.014; OR = 1.7), and zinc (p = 0.026; OR = 1.7). But, none in iron consumption (p = 0.066).
Conclusions : The results showed that non-stunted children have better nutrients intake compare to the stunted children. Moreover the results also showed significant correlation between consumption of total energy, protein, fat, carbohydrate,and zinc with nutritional status (HAZ), but not significantly corelated with iron intake.
ABSTRAK
Latar Belakang : Makanan yang dikonsumsi anak usia balita menentukan pertumbuhan dan perkembangan di masa yang akan datang. Kurangnya konsumsi zat gizi dapat menyebabkan beberapa masalah gizi, salah satunya yaitu stunting.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan menganalisis konsumsi zat gizi pada balita stunting dan non-stunting usia 24 – 59 bulan di Kabupaten Bangkalan.
Metode : Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain case control. Penelitian dilaksanakan di desa Banyuajuh dan desa Kramat Kabupaten Bangkalan. Sampel pada penelitian ini berjumlah 48 balita yang berusia antara 24 – 59 bulan dan dipilih secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode recall selama 3 hari.
Hasil: Sebagian besar balita stunting memiliki tingkat konsumsi energi, lemak, protein, karbohidrat, seng, dan zat besi pada kategori kurang. Sedangkan pada balita non-stunting sebagian besar memiliki tingkat konsumsi zat gizi yang cukup. Terdapat hubungan status gizi dengan asupan energi (p = 0,015; OR = 4,048), protein (p = 0,012; OR = 1,6), lemak (p = 0,002; OR = 1,7), karbohidrat (p = 0,014; OR = 1,7), seng (p = 0,026; OR = 1,7), dan tidak ada hubungan zat besi (p = 0,066) dengan status gizi.
Kesimpulan : Balita non-stunting memiliki tingkat konsumsi zat gizi yang lebih baik dibandingkan dengan balita stunting. Terdapat hubungan antara asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan seng dengan status gizi (TB/U), dan tidak ada hubungan antara asupan zat besi dengan status gizi (TB/U).
Brown, J. E. Nutrition Through the Life Cycle. (Cengage Learning, 2011).
Whitney, E. & Rolfes, S. R. Understanding Nutrition. (Thomson Learning, 2008).
WHO. World health statistics 2016: Monitoring Health for the SDGs, Sustainable Development Goals. (WHO Press, 2016).
Direktorat Gizi Masyarakat. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2017. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Andriani, M. & Wirjatmadi, B. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. (Kencana Prenadamedia Group, 2014).
Oktarina, Z. & Sudiarti, D. T. FAKTOR RISIKO STUNTING PADA BALITA (24”59 BULAN) DI SUMATERA (Risk Factors of Stunting among Children [24”59 months] in Sumatera). (2013).
Madanijah, S., Zulaikhah & Br. Munthe, Y. Sumbangan Konsumsi Ikan dan Makanan Jajanan Terhadap Kecukupan Gizi Anak Balita pada Keluarga Nelayan Buruh dan Nelayan Juragan. Media Gizi dan Kel. 30 (1), 31–41 (2006).
Kranz, S., Jones, N. R. V & Monsivais, P. Intake Levels of Fish in the UK Paediatric Population. Nutrients 9, 1–10 (2017).
M, M. & K, M. Contribution of Fish Consumption to Reduction of Malnutrition among the Under-Five Children in Salima, Malawi. iMedPub Journals 2, 1–5 (2017).
World Bank. Nutritional Failure in Ecuador Causes, Consequences, and Solutions. (The World Bank Press, 2007).
Hidayati, L., Hadi, H. & Kumara, A. Kekurangan Energi dan Zat Gizi Merupakan Faktor Risiko Kejadian Stunted Pada Anak Usia 1-3 Tahun yang Tinggal Di Wilayah Kumuh Perkotaan Surakarta. J. Kesehat. 3, 89–104 (2010).
Nasikhah, R. & Margawati, A. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24 - 36 Bulan Di Kecamatan Semarang Timur. J. Nutr. Coll. 1, 176–184 (2012).
Marelda, A. R. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga, Pendidikan dan Pengetahuan Dengan Status Gizi Pada Balita Di Desa Parit Baru Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat Tahun 2014. J. Proners 1, (2014).
Aridiyah, F. O., Rohmawati, N. & Ririanty, M. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan. e-Jurnal Pustaka Kesehat. 3, (2015).
UNICEF. Improving child nutrition: The achievable imperative for global progress. Division of Communication, UNICEF (2013). doi:978-92-806-4686-3
Bishwakarma, R. Spatial Inequality in Child Nutrition in Nepal : Implications of Regional Context and Individual/Household Composition. (University of Maryland, 2011).
Khotimah, H. & Kuswandi, K. Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Desa Sumur Bandung Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak Tahun 2013. J. Obs. Sci. 2, 146–162 (2014).
Nagari, R. K. & Nindya, T. S. Tingkat Kecukupan Energi , Protein Dan Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Usia 6-8 Tahun. Amerta Nutr 1, 189–197 (2017).
Muchlis, N., Hadju, V. & Jafar, N. Hubungan Asupan Energi dan Protein Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Tamamaung. 1–8 (2007).
Sulistianingsih, A. & Yanti, D. A. M. Kurangnya Asupan Makan Sebagai Penyebab Kejadian Balita Pendek ( Stunting ). Dunia Kesehat. 5, 71–75 (2013).
Damayanti, D. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. (EGC, 2017).
Susetyowati. Ilmu Gizi Teori dan Aplikas. (EGC, 2017).
Sari, I. Y., Ningtyias, F. W. & Rohmawati, N. Konsumsi Makanan dan Status Gizi Anak Balita ( 24 – 59 bulan ) di Desa Nelayan Puger Wetan Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Artik. Ilm. Has. Penelit. Mhs. (2016).
Panel, E. & Nda, A. Scientific Opinion on nutrient requirements and dietary intakes of infants and young children in the European Union. EFSA J. 11, 1–103 (2013).
Dewi, E. K. & Nindya, T. S. Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi Dan Seng Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 6-23 Bulan. Amerta Nutr 1, 361–368 (2017).
Adriani, M. & Wirjatmadi, B. Gizi dan Kesehatan Balita. (Kencana Prenadamedia Group, 2014).
Hotz, C. & Brown, K. H. International zinc consultative group: Technical Brief Document #1. Assessment of the Risk of Zinc Deficiency in Populations and Options for Its Control. Food Nutr. Bull. 25, no 1, S99-203 (2004).
Sidiq, A. Uji Kadar Protein Organoleptik Pada Telur Ayam Lenghorn Setelah Disuntik Dengan Ekstra Black Garlic. Naskah Publ. Univ. Muhammadiyah Surakarta (2014).
Hafiludin. Analisis Kandungan Gizi Pada Ikan Bandeng yang Berasal Dari Habitat yang Berbeda. J. Kelaut. 8, 37–43 (2015).
Mulyaningsih, T. R. Kandungan Unsur Fe dan Zn Dalam Bahan Pangan Produk Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Dengan Metode K0-AANI. J. Sains dan Teknol. Nukl. Indones. X, 71–80 (9AD).
AMERTA NUTR by Unair is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
1. The journal allows the author to hold the copyright of the article without restrictions.
2. The journal allows the author(s) to retain publishing rights without restrictions
3. The legal formal aspect of journal publication accessibility refers to Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA).
4. The Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA) license allows re-distribution and re-use of a licensed work on the conditions that the creator is appropriately credited and that any derivative work is made available under "the same, similar or a compatible license”. Other than the conditions mentioned above, the editorial board is not responsible for copyright violation.