Perbedaan Kadar Zinc Rambut dan Asupan Makan pada Balita Stunting dan Non-Stunting di Puskesmas Wilangan Kabupaten Nganjuk
Downloads
Background:Chronic nutritional problems that occur in the world and Indonesia is stunted. Deficiency of nutrient intake is one of the direct causes of stunted. Zinc deficiency can cause growth failure, decreased appetite and failure of motor development. Zinc hair concentration is more appropriate to describe zinc status in the past and easier implementation, the handling is simpler and concentration is more sensitive.
Objectives: Analyzing differences of zinc hair concentration and food intake (energy , protein, zinc and iron) on stunted and non-stunted at Wilangan Health Center.
Methods: This was analytic observational with cross sectional study. Total of samples was 23 stunted toddlers and 23 non-stunted toddlers. Samples were taken randomly. Body height data using mikrotoice, zinc hair concentration with Atomic Absorption Spectrophotometry, food intake with 3x24 hours food recall and questionnaire interviews. Data were analyzed by chi-square, independent t-test and logistic regression.
Results: There was differences in hair zinc levels (p = 0.039), energy intake (p = <0.001), protein intake (p = <0.001), zinc intake (p = <0.001) and iron intake (p = 0.003).
Conclusions: There was difference betwen low zinc hair levels, energy, protein, zinc and iron intake in toodlers stunted and non-stunted. Hair zinc levels, energy, protein, zinc and iron intake in toodlers stunted was lower than non-stunted at Wilangan Health Health Center.
ABSTRAK
Latar Belakang: Permasalahan gizi kronis yang terjadi di dunia dan Indonesia salah satunya adalah stunting. Kurangnya asupan zat gizi merupakan salah satu penyebab langsung terjadinya stunting. Defisiensi zinc dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, penurunan nafsu makan dan kegagalan perkembangan motorik. Kadar zinc rambut lebih tepat untuk menggambarkan status zinc pada masa lampau dan pelaksanaan yang lebih mudah, penanganan lebih sederhana dan konsentrasinya lebih peka.
Tujuan: Menganalisis perbedaan kadar zinc rambut dan asupan makan (energi, protein, zinc dan zat besi) pada balita stunting dan non-stunting di Puskesmas Wilangan.
Metode:Rancangan yang digunakan yaitu observasional analitik dengan case control design. Jumlah sampel 23 balita stunting dan 23 balita non-stunting. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Data tinggi badan menggunakan mikrotoice, kadar zinc rambut dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom, asupan makan dengan food recall 3x24 jam dan wawancara kuesioner. Data dianalisis dengan uji chi-square (kadar zinc rambut), dan t-test dependen (asupan makan).
Hasil: Terdapat perbedaan kadar zinc rambut (p=0,039), asupan energi (p=<0,001), asupan protein (p=<0,001), asupan zinc (p=<0,001) dan asupan zat besi (p=0,003) pada balita stunting dan non-stunting.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan kadar zinc rambut, asupan energi, protein, zinc dan zat besi balita stunting dan non-stunting. Kadar zinc rambut, asupan energi, protein, zinc dan zat besi pada balita stunting lebih rendah dibandingkan balita non-stunting di wilayah Puskesmas Wilangan.
UNICEF, WHO & World Bank Group. Levels And Trends In Child Malnutrition. (United Nations Children's Fund, the World Health Organization and World Bank Group, 2017).
Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013. (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehtan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013, 2013).
Unicef. Gizi Ibu & Anak. Unicef Indones. 1–6 (2012).
TNP2K. 100 Kabupaten/ Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017).
Kemenkes RI. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Situasi Balita Pendek. (Kementerian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi, 2016).
Chirande, L. et al. Determinants of Stunting and Severe Stunting Among Under-fives in Tanzania : Evidence from Determinants of stunting and severe stunting among under-fives in Tanzania : evidence from the 2010 cross-sectional household survey. BMC Pediatr. 15, 1–13 (2015).
Kusharisupeni. Peran Status Kelahiran Terhadap Stunting Pada Bayi : sebuah studi prospektif. J Kedokt. Trisakti 23, 73–80 (2011).
Anisa, P. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 25-60 Bulan di Kelurahan Kalibaru Depok Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (Universitas Indonesia, 2012).
Hermina, H. & Prihartini, S. Gambaran Keragaman Makanan Dan Sumbangannya Terhadap Konsumsi Energi Protein Pada Anak Balita Pendek (Stunting) Di. Bul. Penelit. Kesehat. 39, 62–73 (2011).
Adriani, M. & Wirjatmadi, B. Pengantar Gizi Masyarakat. (Kencana, 2012).
Salguerio, M. J. et al. The Role of Zinc in the Growth and Development of Children. Nutrition 18, 510–519 (2002).
Hidayati, S. N. in Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik Jilid I Revisi 227–234 (Badan Penerbit IDAI, 2014).
Kristianti, H. Penyakit Akibat Kelebihan dan Kekurangan Vitamin, Mineral dan Elektrolit. (Citra Pustaka, 2010).
Fikawati, S., Syafiq, A. & Veratamala, A. Gizi Anak dan Remaja. (PT RajaGrafindo Persada, 2017).
Kusudaryati, D. P. D. Kekurangan Asupan Besi dan Seng Sebagai Faktor Penyebab Stunting Pada Anak. Profesi 10, 57–61 (2014).
Ramli et al. Prevalence and Risk Factors for Stunting and Severe Stunting Among Under-fives in North Maluku Province of Indonesia. BMC Pediatr. 9, 1–10 (2009).
Rosha, B. C., Hardiansyah, T. & Baliwati, Y. F. Analisis Determinan Stunting Anak 0-23 Bulan Pada Daerah Miskin di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Panel Gizi Makan 35, 34–41 (2012).
Persagi, D. P. D. & Tengah, J. Prosiding Seminar dan Simposium Nasional Nutrition and Dietetics To Combat Non Communicable Disease. (DPD PERSAGI Jawa Tengah, 2017).
Viridula, E. Y., Murti, B. & Suryani, N. Path Analysis on the Effect of Biopsychosocial and Economic Factors during Gestational Period on the Risk of Stunting and Development in Children under Five , in Nganjuk , East Java. J. Heal. Promot. Behav. 1, 180–189 (2016).
MCA Indonesia. Stunting dan Masa Depan Indonesia. Millenn. Chall. Acc. - Indones. 2010, 2–5 (2013).
Kurniasari, Y., Juffrie, M. & Jamil, M. D. Kadar kalsium serum pada anak stunting dan tidak stunting usia 24-59 bulan. J. Gizi Klin. Indones. 12, 108–115 (2016).
Rahmawati, A. & Wirawanni, Y. Perbedaan Kadar Seng (Zn) Rambut Berdasarkan Derajat Stunting Pada Anak Usia 6-9 Tahun. J. Nutr. Coll. 1, 365–372 (2012).
Ribeiro, A. S., Curtius, A. J. & Pozebon, D. Determination of As, Cd, Ni and Pb in human hair by electrothermal atomic absorption spectrometry after sample treatment with tetramethylammonium hydroxide. Microchem. J. 64, 105–110 (2000).
Susilo, M. T. & Widyastuti, N. Hubungan Kadar Seng ( Zn ) Rambut dengan Z-score Panjang Badan Menurut Umur ( PB / U ) Balita Usia 12-24 Bulan. J. Nutr. Coll. 2, 638–644 (2013).
Lowe, N. M., Fekete, K. & Decsi, T. Methods of assessment of zinc status in humans. Am. J. Clin. Nutr. 89, 2040–2051 (2009).
Lemeshow, S. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. (Gadjah Mada University Press, 1997).
Jatim, G. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 75 Tahun 2017 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2018. (2017).
Gibson, R. Principles Of Nutritional Assesment. (Oxford University, 2005).
Rani, N., Diffah, H. & Sapja, A. The Correlation Between Zinc Source Dietary Intake dan Hair í¢€TM s Zinc Level on Stunting Incidence at Primary School Students of Malang Regency. IEESE Int. J. Sciience Technol. 6, 1–5 (2017).
Budiastutik, I., Wirjatmadi, B. & Adriani, M. Pengaruh Suplementasi Zinc Sulfat dan Biskuit Terhadap Konsentrasi Zinc Rambut Balita (Program MP ASI Biskuit di Kertosono Jawa Timur). Bul. Penelit. Sist. Kesehat. 14, 270–281 (2011).
Desyanti, C. & Nindya, T. S. Hubungan Riwayat Penyakit Diare dan Praktik Higiene dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simolawang , Surabaya. Amerta Nutr. 1, 243–251 (2017).
Anugraheni, H. S. & Kartasurya, M. I. Faktor Risiko Kejadoan Stunting pada Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. J. Nutr. Coll. 1, 30–37 (2012).
Oktiva, B. R. & Adriani, M. Perbedaan Kadar Zinc Rambut pada Anak Stunting dan Non Stunting Usia 12- 24 Bulan di Kelurahan Tambak Wedi Kenjeran , Surabaya The Difference of Hair Zinc Level on Stunted and Non Stunted Child Age 12-24 Months in Tambak Wedi Kenjeran , Surabaya. Amerta Nutr 133–142 (2017). doi:10.20473/amnt.v1.i2.2017.133-142
Shokibi, A. & Nuryanto. Hubungan Asupan Energi, Protein, Seng dan Kebugaran Fisik dengan Prestasi Belajar Anak Stunting di SDN Penganten I,II, dan III Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan. J. Nutr. Coll. 4, 71–78 (2015).
Paschalia, Y. P. M. Perbedaan Kadar Zinc dan Kejadian ISPA Serta Kejadian Diare pada Balita Stunting - Wasting dan Balita Normal di Puskesmas Nangapanda Kabupaten Ende. Info Kesehat. 12, 535–547 (2014).
Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta 5–10 (2013).
Almatsier, S., Soetardjo, S. & Soekatri, M. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. (Gramedia Pustaka Utama, 2011).
Dewi, I. A. K. C. & Adhi, K. T. Pengaruh Konsumsi Protein Dan Seng Serta Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida III. Arc Com Heal. 3, 36–46 (2016).
Stephenson, K. et al. Consuming Cassava as a Staple Food Places Children 2-5 Years Old at Risk For Inadequate Protein Intake, an Observational Study in Kenya and Nigeria. Nutr. J. 9, 1–6 (2010).
Adriani, M. & Wirjatmadi, B. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. (Kencana Prenada Media Group, 2012).
Sutomo, B. & Anggraini, D. Y. Menu Sehat Alami untuk Batita dan Balita. (Demedia, 2010).
Brown, K. H., Peerson, J. M., Rivera, J. & Allen, L. H. Effect of supplemental zinc on the growth and serum zinc concentrations of prepubertal children : a meta-analysis of randomized controlled trials 1 – 3. Am. J. Clin. Nutr. 75, 1062–1071 (2002).
Dewi, K. D. P. Perbedaan Konsumsi Zinc Pada Anak Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) Yang Stunted Dengan Yang Tidak Stunted Di Kota Denpasar. J. Virgin 1, 70–78 (2015).
Pramono, A., Panunggal, B., Anggraeni, N. & Rahfiludin, M. Z. Asupan Seng , Kadar Serum Seng , Dan Stunting Pada Anak Sekolah Di Pesisir Semarang. J. Gizi Pangan 11, 19–26 (2016).
Bening, S., Margawati, A. & Rosidi, A. Zinc Deficiency As Risk Factor For Stunting Among Children Aged 2-5 Years. Universa Medica 36, 11–18 (2017).
Gibson, R. S. Zinc: The Missing Link in Combating Micronutrient Malnutrition in Developing Countries. in Zinc: The Missing Link in Combating Micronutrient Malnutrition in Developing Countries 65, 51–60 (Rank Prize Lecture, 2006).
Mardewi, K. W., Sidiartha, I. G. L. & Gunawijaya, E. Low Serum Zinc and Short Stature in Children. Pediatr. Indones. 56, 171–175 (2016).
Losong, N. H. F. & Adriani, M. Perbedaan Kadar Hemoglobin , Asupan Zat Besi , dan Zinc pada Balita Stunting dan Non Stunting The Differences of Hemoglobin Level , Iron , and Zinc Intake in Stunting and non Stunting Toodler. Amerta Nutr 117–123 (2017). doi:10.20473/amnt.v1.i2.2017.117-123
Yuniastuti, A. Nutrisi Mikromineral & Kesehatan. (UNNES PRESS, 2014).
Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. (PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005).
AMERTA NUTR by Unair is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
1. The journal allows the author to hold the copyright of the article without restrictions.
2. The journal allows the author(s) to retain publishing rights without restrictions
3. The legal formal aspect of journal publication accessibility refers to Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA).
4. The Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA) license allows re-distribution and re-use of a licensed work on the conditions that the creator is appropriately credited and that any derivative work is made available under "the same, similar or a compatible license”. Other than the conditions mentioned above, the editorial board is not responsible for copyright violation.