Perbedaan Kadar Zinc Rambut pada Anak Stunting dan Non Stunting Usia 12-24 Bulan di Kelurahan Tambak Wedi Kenjeran, Surabaya
Downloads
Background: Stunted is still a health problem in Indonesia. The prevalence of stunted in Surabaya has continued to increase for 3 years, while the prevalence of stunted in Tambak Wedi Kenjeran in 2017 shows high percentage (43.8%). Stunted are associated with zinc levels of the body due to zinc as a role in synthesis of growth hormone. Measurement of zinc levels can be done through the hair in describing chronic stunted incident. Measurement of zinc levels through the hair is easier to implement than other measurements of zinc levels, such as blood serum.
Objectives: The purpose of this study was to analyze the difference of hair zinc level in children of stunted and non stunted age 12-24 months in Tambak Wedi village, Kenjeran district, Surabaya. Methods: This research was an observational analytic with cross sectional design. The population of this study were all children aged 12-24 months in Tambak Wedi Kenjeran, Surabaya in the amount of 267 children. The samples of this study were 36 children that divided into 18 children stunted and 18 children non-stunted, taken by simple random sampling. Data were collected by measuring height, questionnaire interview, food recall 2x24 hour, and hair zinc level measurement using Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Data were analyzed using Mann-Whitney Test to find the difference in two variables with data not distributed normally. Results: The results of this study showed no differences of hair zinc levels in stunted and non stunted children (p = 0.517).Conclusion: Hair zinc levels in stunted and non stunted children aged 12-24 months in Tambak Wedi Kenjeran, Surabaya showed no differences. Required continue research by measuring the body's zinc levels simultaneously through blood serum and hair to get more accurate results.
ABSTRAK
Latar Belakang: Permasalahan stunting masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia. Prevalensi stunting di Surabaya terus mengalami peningkatan selama 3 tahun, sedangkan di Kelurahan Tambak Wedi Kenjeran prevalensi stunting pada tahun 2017 masih sangat tinggi (43,8%). Kejadian stunting berkaitan dengan kadar zinc tubuh dikarenakan zinc berperan dalam sintesis hormon pertumbuhan. Pengukuran kadar zinc dapat dilakukan melalui rambut dalam menggambarkan kejadian stunting secara kronis. Pengukuran kadar zinc melalui rambut lebih mudah dilaksanakan dibandingkan pengukuran kadar zinc lainnya karena pengukuran kadar zinc rambut lebih sensitif dan stabil.
Tujuan: Mengetahui perbedaan kadar zinc rambut pada balita stunting dan non stunting usia 12-24 bulan di Kelurahan Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran Surabaya.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh balita berusia 12-24 bulan di Kelurahan Tambak Wedi Kenjeran, Surabaya dengan jumlah 267 balita. Sampel penelitian ini sebesar 36 orang dengan 18 orang mengalami stunting dan 18 orang tidak stunting, diambil secara acak menggunakan teknik simple random sampling. Penentuan sampel menggunakan uji hipotesis dua proporsi. Pengumpulan data meliputi pengukuran tinggi badan, wawancara kuesioner, food recall 2x24 jam, dan pengambilan sampel rambut untuk pengukuran kadar zinc rambut dengan alat Spektofotometer Serapan Atom (SSA). Data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan pada dua variabel dengan data tidak berdistribusi normal.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan kadar zinc rambut pada balita stunting dan non stunting (p=0,517).
Kesimpulan: Kadar zinc rambut pada anak stunting dan non stunting dengan usia 12-24 bulan di Kelurahan Tambak Wedi Kenjeran, Surabaya tidak berbeda. Diperlukan penelitian lanjutan dengan mengukur kadar zinc tubuh secara bersamaan melalui serum darah dan rambut untuk mendapatkan hasil lebih akurat.
World Health Organization (WHO). Nutrition Landscape Information System (NLIS) 2010. Available from http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44397/1/9789241599955_eng.pdf. Diakses pada tanggal 8 April 2017.
Fikadu, T., Assegid, S., and Dube, L. Factors Associated with Stunting Among Children of Age 24 to 59 Months in Meskan District, Gurage Zone, South Ethiopia: A Case-Control Study. BMC Public Health 2014; Vol. 14: 800. Available from
https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2458-14-800. Diakses pada tanggal 24 April 2017.
Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., dan Ririanty, M. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan. E-Jurnal Pustaka Kesehatan 2015; Vol. 3 (1): pp. 163-170. Available from
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/download/2520/2029. Diakses pada tanggal 26 Agustus 2017.
Fikawati, S., Wahyuni D., and Syafiq, A. Status Gizi Ibu Hamil dan Berat Lahir Bayi pada Kelompok Vegetarian. Jurnal Makara Kesehatan 2012; Vol. 16 (1): p. 29-35. Available from http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/viewFile/1299/1188. Diakses pada tanggal 3 Juni 2017.
Kementrian Kesehatan RI. Situasi Balita Pendek. Pusat Data dan Informasi (Pusdatin). 2016. Available from http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/situasi-balita-pendek-2016.pdf. Diakses pada tanggal 25 April 2017.
Helmi, R. Faktor-Faktor yang Berhubunfan dengan Status Gizi pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Margototo Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Kesehatan 2013; Vol. IV (1): pp. 233-242. Available from http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/download/6/5. Diakses pada tanggal 26 Agustus 2017.
Sari, E. M., Juffrie, M., Nurani, N., dan Sitaresmi, M. N. Asupan Protein, Kalsium, Fosfor pada Anak Stunting dan Tidak Stunting Usia 24-59 Bulan. Jurnal Gizi Klinik 2016; Vol. 12 (4): pp. 152-159. Available from https://jurnal.ugm.ac.id/jgki. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2017.
Kusudaryati, D. P. D. Kekurangan Asupan Besi dan Seng sebagai Faktor Penyebab Stunting pada Anak. Jurnal PROFESI 2013; Vol. 10: pp. 57-61. Available from http://download.portalgaruda.org/article.php?article=250117. Diakses pada tanggal 26 Agustus 2017.
Herman, S. Review on The Problem of Zinc Deficiency, Program Prevention and Its Prospect. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume XIX tahun 2009. Available from
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/758/1692. Diakses pada tanggal 11 Maret 2017.
Ermawati, F., Muljati, S., Dewi, M., dan Safitri, A. Hubungan Panjang Badan Lahir terhadap Perkembangan Anak Usia 12 Bulan. Penel Gizi Makan 2014; Vol. 37 (2): pp. 109-118. Available from http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/download/4014/3831. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2017.
Laporan Operasi Timbang Tahunan Puskesmas Tambak Wedi. Surabaya; 2016.
Taufiqurrahman, Hadi, H., Julia, M., dan Herman, S. Defisiensi Vitamin A dan Zinc sebagai Faktor Risiko Terjadinya Stunting pada Balita di Nusa Tenggara Barat. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2009; Vol. XIX, Suplemen II. Available from http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/759/1693. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2017.
Kuntoro. Metode Sampling dan Penentuan Besar Sampel. Surabaya: Pustaka Melati; 2008.
Wahdah, S., Juffrie, M., dan Huriyati, E. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Umur 6-36 Bulan di Wilayah Pedalaman Kecamatan Silat Hulu, Kapas Hulu, Kalimantan Barat. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia 2015; Vol. 3(2): pp. 119-130. Available from http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND/article/view/324. Diakses pada tanggal 26 April 2017.
Amirudin, M. M dan Nurhayati, F. Hubungan antara Pendapatan Orang Tua dengan Status Gizi pada Siswa SDN II Tenggong REjotangan Tulungagung. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan 2014; Vol. 2 (3): pp. 564-568. Available from jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/13084/68/article.pdf. Diakses pada tanggal 26 Agustus 2017.
Anggraheni, N. Gambaran Kadar Serum Seng (Zn) dan Z-score TB/U pada Anak Usia 9-12 Tahun. Artikel Penelitian. Semarang: Univeristas Diponegoro. Available from http://eprints.undip.ac.id/47106/1/772_NENI_ANGGRAHENI.pdf. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2017.
Handasari, E., Rosidi, A., Widyaningsih, J. Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Anak TK Nurul Bahri Desa Wukir Sari Kecamatan Batang Kabupaten Batang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia 2010; Vol. 6 (2). Available from http://jurnal.unimus.ac.id. Diakses pada tanggal 26 Agustus 2017.
Anindita, P. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluargaa, Kecukupan Protein dan Zinc dengan Stunting (Pendek) pada Balita Usia 6-35 Bulan di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2012, Vol. 1 (2): pp. 617-626. Available from https://media.neliti.com/media/publications/18764-ID-hubungan-tingkat-pendidikan-ibu-pendapatan-keluarga-kecukupan-protein-zinc-denga.pdf. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2017.
Ginting, M. H., Rosidi, A. and Noor, Y. Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia Pada Balita Usia 1-5 Tahun di Puskesmas Purwoyoso Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, 2015. Vol. 4 (2). Available from http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jgizi/article/view/1759/1801. Diakses pada tanggal 2 Mei 2017.
Susilo, M. T. Hubungan Kadar Seng (Zn) Rambut dengan Z-score Panjang Badan Menurut Umur (PB/U) Balita Usia 12-24 Bulan. Artikel Penelitian. Semarang: Universitas Diponegoro, 2013. p. 5. Available from http://eprints.undip.ac.id/41845/1/564_MURSID_TRI_SUSILO_G2C009013.pdf. Diakses pada tanggal 11 Maret 2017.
Mardewi, K. W. Kadar Seng Serum Rendah sebagai Faktor Risiko Perawakan Pendek pada Anak. Tesis. Denpasar: Universitas Udayana, 2014. Available from http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-978-1697957375-tesis%20%20wini%20pdf.pdf. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017.
Devi, Ch. B., Nandakishore, Th., Sangeeta, N., Basar, G., Devi, N. O., Jamir, S., Singh, M. A. Zinc in Human Health. Journal of Dental and Medical Sciences 2014, Vol. 13 (7): pp. 18-23. Available from www.iosrjournals.org. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017.
Hapsari, A. T. Kadar Seng Serum sebagai Indikator Prognosis pada Keluaran Sepsi Neonatorium. Tesis. Semarang: Univeristas Diponegoro, 2009. Available from http://eprints.undip.ac.id/24699/1/Ariadne_Tiara_Hapsari.pdf. Diakses pada tanggal 30 Desember 2017.
Hempe, JM. dan Cousins, RJ. Cysteine-rich intestinal protein and Intestinal Metallothionein: An Inverse Relationship As A Conceptual Model for Zinc Absorption in Rats. The Journal of Nutrition 1992; Vol. 122(1): pp. 89-95. Available from http://jn.nutrition.org/content/122/1/89.long. Diakses pada tanggal 30 Desember 2017.
Widhyari, S. D. Peran Dampak Defisiensi Zinc (Zn) Terhadap Sistem Tanggap Kebal. WARTAZOA 2012, Vol. 22 (3). Available from http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/wazo223-5.pdf. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017.
Damayanti, R. A., Muniroh, L., dan Farapti. Perbedaan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif pada Balita Stunting dan Non Stunting. Media Gizi Indonesia 2016; Vol. 11 (1), pp. 61-69. Available from http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MGI/article/view/4393. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017.
Rahmawati, A. Perbedaan Kadar Seng (Zn) Rambut berdasarkan Derajat Stunting pada Anak Usia 6-9 Tahun. Artikel Penelitian. Semarang: Universitas Diponegoro, 2012. Available from http://eprints.undip.ac.id/38390/1/438_ARINDHA_RAHMAWATI_G2C008007.pdf. Diakses pada tanggal 30 Juli 2017.
AMERTA NUTR by Unair is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
1. The journal allows the author to hold the copyright of the article without restrictions.
2. The journal allows the author(s) to retain publishing rights without restrictions
3. The legal formal aspect of journal publication accessibility refers to Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA).
4. The Creative Commons Attribution Share-Alike (CC BY-SA) license allows re-distribution and re-use of a licensed work on the conditions that the creator is appropriately credited and that any derivative work is made available under "the same, similar or a compatible license”. Other than the conditions mentioned above, the editorial board is not responsible for copyright violation.