Perbedaan Status Gizi dan Penyakit Infeksi pada Anak Baduta yang Diberi ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif

breastfeed nutritional status infectious disease

Authors

  • Lury Novita Yustianingrum
    lurynovitay@gmail.com
    Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas Airlangga, Indonesia
  • Merryana Adriani Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas Airlangga, Indonesia
27 December 2017

Downloads

Crossref
Scopus
Google Scholar
Europe PMC

Background: The coverage of exclusive breastfeed in East Java has not reached the target has decreased in 2015. Working mother and the failed breast crawl implementation is factor that can inhibit exclusive breastfeed. Non exclusive breastfeed in infant will increase the risk of malnutrition and infectious disease.

Objectives: The purpose of this study is to analyze the difference of nutritional status and infectious disease in exclusive breastfeed dan non exclusive breastfeed toodler age 12-24 months in Randegan village, Tanggulangin, Sidoarjo.

Methods: The research was an observational analytic with cross sectional design. The sampel of this study was 44 toddlers in Randegan Village, Tanggulangin, Sidoarjo. Consists of 22 each exclusive breastfeed dan non breastfeed toddlers. The data were collected by questionnaires and weight measurement. Data were analyzed using chi square.

Result: Normal nutritional status of exclusive breastfeed toddlers was 95.5% and of non exclusive breastfeed was 59.1%. The incidence of infection disease of exclusive breastfeed was 27.3% and of non exclusive breastfeed was 81.8%. The result of this study in both group showed of exclusive breastfeed and non exclusive breastfeed toodlers were significant (p<0.05) in nutritional status and incidence of infectious disease.

Conclusion: Exclusive breastfeed toodlers has a better nutritional status and lower incedence of infectious disease than non exclusive breastfeed toddlers. Mother of toddlers should pay more attention to monitoring of growth and development in children, hygiene and sanitation, and giving nutritious and balanced food intake.


ABSTRAK

 

Latar belakang: Cakupan ASI eksklusif di Jawa Timur belum mencapai target dan mengalami penurunan pada tahun 2015. Ibu yang bekerja dan kegagalan pelaksanaan IMD merupakan faktor yang dapat menghambat pemberian ASI eksklusif. Pemberian non ASI eksklusif pada bayi akan meningkatkan risiko malnutrisi dan kejadian penyakit infeksi.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa perbedaan status gizi dan kejadin penyakit infeksi pada anak baduta ASI esklusif dan non ASI eksklusif usia 12-24 bulan di Desa Randegan, Tanggulangin, Sidoarjo.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel terdiri dari 44 anak baduta di Desa Randegan Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Dimana terdiri dari anak baduta ASI eksklusif dan non ASI eksklusif masing-masing berjumlah 22 anak baduta. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan penimbangan berat badan. Data dianalisis menggunakan chi square.

Hasil: Status gizi baik anak baduta ASI eksklusif yaitu 95,5% dan non ASI eksklusif yaitu 59,1%. Kejadian penyakit infeksi pada anak baduta ASI eksklusif yaitu 27,3% dan non ASI eksklusif yaitu 81,8%. Hasil dari penelitian pada kedua kelompok menunjukkan ada perbedaan signifikan (p<0,05) pada status gizi dan kejadian penyakit infeksi.

Kesimpulan: Anak baduta ASI eksklusif memiliki status gizi baik yang lebih tinggi dan kejadian penyakit infeksi yang lebih rendah dari pada anak baduta non ASI eksklusif. Ibu anak baduta harus lebih memperhatikan higieni sanitasi lingkungan dan memberikan asupan makanan yang bergizi serta berimbang.

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>